Rabu, 01 April 2009

Sambungan Pertemuan 5

DISLEKSIA (DYSLEXIA)

Disleksia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada anak maupun dewasa yang seharusnya menunjukkan kemampuan dan motivasi untuk membaca secara fasih dan akurat.


Deteksi dini disleksia pada anak

Kesulitan membaca yang tidak diharapkan (kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat kepandaian dan tingkat pendidikan), selain itu terdapat masalah yang berhubungan dengan proses fonologik.


Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan belajar mengenal huruf) disertai dengan adanya riwayat keluarga yang menderita disleksia, menunjukkan faktor risiko yang bermakna untuk menderita disleksia.



Pada anak usia sekolah biasanya keluhan berupa kurangnya tampilan di sekolah tetapi sering orangtua dan guru tidak menyadari bahwa anak tersebut mengalami kesulitan membaca.

Biasanya anak akan terlihat terlambat berbicara, tidak belajar huruf di taman kanak-kanak dan tidak belajar membaca pada sekolah dasar

Penilaian membaca

Membaca dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP).

Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisa fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.


Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis kata. Tes yang digunakan adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test

Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test of World Reading Efficiency (TOWRE).


AUTISME

Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan sosial dan gangguan dalam perasaan sensoris.


Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri".

Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).


Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh.


PENYEBAB AUTISME
Kelebihan Opioid,
teori Gulten-Casein (celiac),
Genetik (heriditer), teori kolokistokinin,
teori oksitosin Dan Vasopressin,
teori metilation,
teori Imunitas,
teori Autoimun dan Alergi makanan,
teori Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein Basis dasar,
Teori Infeksi karena virus Vaksinasi,
teori Sekretin,
teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut),
teori paparan Aspartame,
teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein: Orphanin.


Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal meliputi:
* kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara.
* kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan.
* dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat.


*Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain ("bahasa planet").
*Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
* Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi dan imik datar

Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi:

* Gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka.
*Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli.
* Merasa tidak senang atau menolak dipeluk.
* Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.
* Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.

Gangguan dalam bermain diantaranya adalah:
* bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama.
*Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
*Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya

*Tidak spontan, refleks dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain.
*Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura.
*Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak.
*Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.


Gangguan perilaku dilihat dari gejala :
*sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya.
*Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah.
*Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang).
*Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding.



*Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong.
*Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang.
*Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat dari:
*perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata.
*Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
*Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain


Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi :
*Perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.
*Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja.
*Bila mendengar suara keras, menutup telinga.
* Menangis setiap kali dicuci rambutnya.
*Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu.
*Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.





DiagnosIs yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism yang disebabkan oleh adanya gangguan selain autis. Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.


DETEKSI DINI

1. DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN

Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di dunia masih juga belum mampu mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan. Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas kebutuhan untuk penelitian.

2. DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5 TAHUN

Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi. Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik. Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal yang utama bahwa semakin besar kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada anak ditemukan pada usia yang semakin muda

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia

USIA 0 - 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
Tidak "babbling"
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal



USIA 6 - 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak "babbling"
Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal


USIA 6 - 12 BULAN

Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair



USIA 2 - 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang sebagai "benda"
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong

USIA 4 - 5 TAHUN

Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif



ANAMNESA
Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-turun (bounced) di lutut?
Tertarik (memperhatilan) anak lain?
Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat tangga?
Bisa bermain cilukba, petak umpet?
Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain?




Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari ?
Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat ke sana ?
Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-balok) ?
Pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu ?

PENGAMATAN
Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan) pemeriksa?
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : "Lihat, itu. Ada bola (atau mainan lain)" Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk. Bukan melihat tangan pemeriksa
Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada anak anda : "Apakah kamu bisa membuatkan secangkir susu untuk mama?" Diharapkan anak seolah-olah membuat minuman, mengaduk, menuang, meminum. Atau anak mampu bermain seolah-olah menghidangkan makanan, minuman, bercocok tanam, menyapu, mengepel dll.

Tanyakan pada anak : " Coba tunjukkan mana 'anu' (nama benda yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan jarinya? Atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu benda?
Dapatkah anak anda menyusun kubus/ balok menjadi suatu menara?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar