Senin, 22 Juni 2009

Sambungan Masa Dewasa

BAHAYA PERSONAL DAN SOSIAL PADA DEWASA DINI
Pertemuan Tanggal 21 Juni 2009

Bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masa dewasa dini berasal dari kegagalan untuk menguasai beberapa atau sebagian besar tugas perkembangan yang penting pada usia tersebut. Akibatnya seorang individu tampak “belum matang" dibandingkon dengan orang dewasa muda lainnya
Hingga umur 30 tahun, biasa apabila pria atau wanita kurang matang dalam beberapa aspek perilaku tertentu, tetapi pada saat yang sama kematangan dalam aspek perilaku lainnya tampak jelas. Secara bertahap, lewat prestasi dan harapan baru dari kelompok sosial, sikap ketidakmatangan yang menandai awal periode ini menghilang, digantikan oleh perkembangan yang lebih seimbang dan lebih matang.

Bahaya Fisik
Bahaya fisik yang paling penting dan yang paling umum pada masa dewasa dini adalah bentuk fisik dan penampilan yang kurang menarik yang mempersulit penyesuaian diri pribadi dengan kehidupan sosial.

Badan yang kurang sehat dan cacat yang tidak dapat disembuhkan atau ditutupi sama berbahayanya bagi penyesuaian diri pribadi dan sosial pada masa dewasa dini seperti pada masa kanak-kanak dan remaja. Orang dewasa yang mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya buruk tidak dapat mencapai keberhasilan maksimum mereka dalam pekerjaan atau pergaulan sosial.

Akibatnya frustrasi; makin sering mereka melihat orang sebenarnya berpotensi kurang dari mereka berhasil, semakin besar rasa frustrasi mereka. Apabila rasa frustrasi mendorong mereka untuk berusaha terlalu keras dalam persaingan dengan teman seusia yang tidak mempunyai hombaton fisik, maka lama kelamaan mereka akan mengalami ketegangan mental (mental distress) yang kelak akan mendatangkan serangan jantung.

Wanita yang cantik dan luwes biasanya akan lebih berhasil dalam perkawinan dibandingkon wanita yang tidak menarik, sedangkan bagi baik pria moupun wanita penampilan yang menarik merupakan modal dalam dunia bisnis. Mereka sudah dapat dipastikan akan maju lebih cepat dengan lebih sedikit usaha dibandingkon mereka yong tidak menarik. Kepemimpinan dalam berbagai organisasi, biasanya diserahkan pada orang yang menarik, seperti juga halnya pada masa remaja.

Hambatan Keagamaan

Dua hambatan keagamoan yang penting pada masa dewasa ini yaitu:
1. Berhubungan dengan penyesuaian dengan nilai atau kaidah agama baru, yang menggantikan agama yang dianut keluarganya pada masa kanak-kanaknya. Orang dewasa muda tertenu menerima agama baru karena agama ini tampaknya lebih sesuai dengan minat dan keyakinan pribadi mereka di bandingkan agama keluarganya. Orang dewasa muda lainnya menerima agama baru ketika mereka menikah dengan tujuan menyenangkan hati pasangan mereka atau keluarga pasangan itu. Apapun alasan untuk menerima agama baru tersebut, sudah tentu akan ada masalah penyesuaian yang berhubungan dengan tata cara ibadat agama baru itu.

2. Terjadi pada perkawinan campuran jika keluarga pasangan itu mendesak mereka agar menerima salah satu agama. Bahkan jika orang muda tidak begitu tertarik pada agama apapun, mereka menolak membiarkan orang lain atau salah satu fihak mendiktekan ajaran agama mana yang wajib bagi mereka. Mereka juga menolak implikasi bahwa agama mereka lebih inferior dari agama pasangan mereka. Tuntutan menganut agama tertentu secara implisit mengisyaratkan bahwa agama yang satunya kurang baik.

Bahaya Sosial
Banyak anak dewasa muda menemui bahaya-bahaya dalam usaha mereka untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosial mereka.

Tiga hambatan yang umum:

1. Orang muda mengalami kesulitan untuk bergabung dengan satu kelompok sosial yang cocok. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan ini, wanita yang terikat oleh tangungjawab rumah tangga mungkin tidak mempunyai waktu atau uang untuk kegiatan sosial yang sebelumnya dia lakukan. Situasi seperti ini mengakibatkan rasa tidak puas yang sering mempengaruhi kepuason dengan perkawinan. Begitu juga pria, karena tekanan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga yang berat, dan melelahkan dan menyita waktu, sering mengalami kesulitan dalam bergabung dengan kelompok yang cocok, sehingga mereka tidak puas dengan kehidupan mereka.


2. Rasa tidak puas dengan peran yang harus dimainkannya untuk memenuhi harapan kelompok. Orang dewasa yang terbiasa memainkan peran pemimpin pada masa remaja sekarang mengalami kesulitan memainkan peran pengikut jika keadaan memaksanya mengambil peran tersebut.

Mobilitas Sosial
Orang yang bermobilitas sosial tinggi menghadapi jauh lebih banyak dilema dibandingkan orang yang bermobilitas sosial rendah karena mereka harus menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok sosial yang baru yang memiliki nilai-­nilai dan standar perilaku baru.
Keluarga yang bergerak naik pada tangga sosial misalnya, pindah ke pemukiman baru, melepaskan hubungan dan nilai lama, dalam pergaulan memilih antara duo belas, menjadi anggota organisasi sosial baru, menghentikan berkumpul dan beramah tamah dengan bekas tetangga yang dulu. Hal ini menjadi hiburan yang digemari oleh individu.

Bahaya Peran Seks
Dengan adanya pertentangan mengenai peran seks yang direstui dewasa ini, maka baik konsep tradisional maupun konsep egalitarian mengandung resiko. Penerimaan peran seks tradisional merupakan hambatan kejiwaan yang penting yang harus ditanggulangi dalam, kehidupan pribadi dan sosial.
Konsep peran seks tradisional mempunyai pengaruh yang sangat besar pada penyesuaian diri orang muda.

Misalnya:
Seorang pria mungkin akan melakukan berbagai macam upaya untuk membuktikan pada dirinya sendiri dan orang lain bahwa dia benar-benar maskulin. Salah satu caranya dengan menguras tenaga dan mengabaikon tanda bahaya bahwa kesehatannya menurun, karena ia yakin bahwa tidaklah jantan untuk mengkhawatirkan kesehatan atau dia mungkin kurang menghargai sifat-sifat kewanitaan hingga lama kelamaan ia selalu ingin menunjukkan superioritasnya dalam hubungan dengan wanita.

Wanita, karena dipandang rendah dan diperlakukan sebagai lebih inferior dari laki-­laki, sering mengembangkan "Kompleks Kelompok Minoritas" yaitu suatu keyakinan yang diwarnai emosi bahwa mereka inferior, yang mirip dengan apa yang dialami oleh anggota-anggota kelompok minoritas agama atau suku bangsa. Selanjutnya, wanita dikondisikan untuk merasa takut akan keberhasilan, khususnyo kegiatan yang melibatkon laki-laki karena mereka percaya bahwa keberhasilan mengisyaratkan mereka tidak feminin.

POKOK-POKOK PENTING
Masa dewasa dini merupakan masa paling panjang dalam kehidupan.
Merupakan masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif, penuh masalah, ketegangan emosional, masa ketergantungon, perubahan nilai, kreativitas, penyesuaian terhadap pola hidup baru.
Masa efisiensi fisik, kemampuan motorik, mental, motivasi, panutan yang baik.
Terjadi perubahan pada minat dan berkurangnya keragaman minat.



Minat pribadi pada penampilan (pakaian, tata rias) sebagai lambang kedewasaan dan status.
Terdapat perbedaan minat rekreasi dan permainan dengan masa anak karena adanya perubahan peran dan pola hidup.
Kegiatan sosial dibatasi tekanan pekerjaan dan keluarga. Menurut Erickson, terjadi krisis isolasi, yaitu kesepian karena terisolasi dari kelompok sosial.
Mobilitas sosial pada pria karena usaha sendiri, pada wanita karena menikah dengan pria yang statusnya lebih tinggi.


Bahaya fisik karena bentuk fisik dan penampilan yang tidak menarik, sehingga mempersulit penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial.
Mendapatkan kelompok sosial tempat mengidentifikasikan diri

PENYESUAIAN PEKERJAAN DAN KELUARGA
Dunia Kerja Masa Dewasa Dini

Empat fase siklus pekerjaan:
1. Seleksi dan mulai bekerja
2. Penyesuaian diri
3. Memelihara karir
4. Pensiun

Fase 1 & 2 terjadi pada masa dewasa dini
Fase 3, terjadi pada masa dewasa madya
Fase 4, terjadi pada masa dewasa tua

First job biasanya terjadi pada masa dewasa dini
Dewasa dini merupakan job hopping
Mencari pekerjaan adalah hal yang sulit karena sempitnya lapangan pekerjaan.

DUNIA KERJA & GENDER

Perempuan dan laki-laki bekerja untuk menabung, mencapai prestasi dan memenuhi kebutuhan pribadi.
Terjadi fenomena global dalam hal peningkatan jumlah perempuan yang bekerja.
Trend later marriage, later childbearing dan smaller families memberi peluang besar bagi perempuan untuk bekerja.
Pada masa pengasuhan anak, pada umumnya perempuan akan bekerja paruh waktu atau pekerjaan dengan waktu yang lebih fleksibel.


Pilihan pekerjaan perempuan lebih bervariasi dibandingkan masa lalu, seperti manajer, eksekutif, akuntan, wartawan, dokter, psikolog, insinyur.
Terdapat perbedaan penyesuaian diri perempuan dan laki-laki terhadap pekerjaan.
Penyesuaian diri laki-laki terhadap pekerjaan lebih ditentukan oleh kesempatan jalankan peran dan wewenang, kerja yang sesuai pendidikan, gaji.
Penyesuaian diri perempuan terhadap pekerjaan lebih ditentukan oleh kesempatan mengembangkan diri dan aspirasi. Namun, terasa sulit jika menjalankan peran ganda dan ditolaknya kepemimpinan perempuan.

PENYESUAIAN PERKAWINAN
Banyaknya pertambahan model keluarga menjadikan proses penyesuaian hidup sebagai suami istri sulit. Tingkat kesulitan ini semakin besar apabila salah seorang anggota keluarga menjadi besar dimana gaya hidupnya berbeda sekali dengan anggota lainnya dalam keluarga.

Misalnya:
Seorang wanita yang dahulu kehidupan masa anak-anaknya di rumah dibesarkan dalam keluarga inti mungkin akan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan atau kondisi baru dan masalah yang timbul ketika dia menikah dengan pria yang mempunyai latar belakang keluarga yang besar.


Kondisi yang berpengaruh terhadap kesulitan dalam penyesuaian perkawinan:
1. Persiapan yang terbatas untuk perkawinan
Walaupun dalam kenyataan sekarang penyesuaian seksual lebih mudah ketimbang pada masa lalu, karena banyak informasi tentang seks yang tersedia baik di rumah, sekolah, universitas, tempat lain, kebanyakan pasangan suami istri hanya menerima sedikit persiapan di bidang keterampilan domestik, mengasuh anak, dan manajemen keuangan.


2. Peran dalam perkawinan
Kecendrungan terhadap perubahan Peran dalam pekawinan bagi pria dan wanita, dan konsep berbeda tentang peran ini yang dianut kelas sosial dan kelompok religius yang berbeda membuat penyesuaian dalam perkawinan semakin sulit sekarang daripada di masa lalu ketika Peran masih begitu ketat di anut.


3. Kawin muda
Perkawinan dan kedudukan sebagai orang tua sebelum orang muds menyelesaikan pendidikan mereka dan secara ekonomis Independen membuat meeka tidak mempunyai pengalaman yang dipunyai oleh teman-teman yang tidak kawin atau orang-orang yang telah mandiri sebelum kawin. Hal ini mengakibatkan sikap iri hati dan menjadi halangan bagi penyesuaian perkawinan.

4. Konsep yang tidak realistis tentang Perkawinan
Orang dewasa yang bekerja di sekolah dan peguruan tinggi, dengan sedikit atau tidak mempunyai pengalaman kerja, cenderung mempunyai konsep yang tidak realistis tentang makna perkawinan berkenaan dengan pekerjaan, pembelanjaan uang, atau perubahan dalam pola hidup.


5. Perkawinan campur
Penyesuaian terhadap kedudukan sebagai orang tua dengan para saudara dari pihak istri dan sebatihnya, jauh lebih sulit dalam perkawinan antar agama daripada bila keduanya berasal dari latar belakang budaya yang sama.

6. Pacaran yang dipersingkat
Periode atau masa pacaran lebih singkat sekarang ketimbang masa lalu, dan karena itu pasangan hanya sedikit waktu untuk memecahkan banyak masalah tentang penyesuaian sebelum mereka melangsungkon perkawinan.


7. Konsep perkawinan yang romantis
Banyak orang dewasa yang mempunyai konsep perkawinan yang romantis yang berkembang pada masa remaja. Harapan yang berlebihan tentang tujuan dan hasil perkawinan sering membawa kekecewaan yang menambah kesulitan penyesuaian terhadap tugas dan tanggungjawab perkawinan.

8. Kurangnya identitas diri
Apabila seseorang merasa bahwa keluarga, teman, dan rekannya memperlakukannyasebagai "suami" atau apabila wanita merasa bahwa kelompok sosial menganggap dirinya sebagai "ibu rumah tangga", walaupun dia seorang wanita karir yang berhasil, ia bisa saja mempunyai kehilangan identitas diri sebagai individu yang sangat dijunjung dan dinilai tinggi sebelum perkawinan.

Ada 4 pokok masalah penyesuaian diri dalam perkawinan
Penyesuaian dengan Pasangan
Penyesuaian Seksual
Penyesuaian Keuangan
Penyesuaian dengan Pihak Keluarga Pasangan

BAHAYA PERCERAIAN
Perceraian merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk, dam terjadi bila antara suami-istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyesuaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak.

Kondisi yang Mempengaruhi Stabilitas Perkawinan
Jumlah anak
Kelas sosial
Kemiripan latar belakang
Saat menikah
Alasan untuk menikah
Saat pasangan menjadi orang tua
Status Ekonomi
Model pasangan sebagai orangtua
Posisi umum masa kecil keluarga
Mempertahankan identitas


Efek Perceraian

Efek traumatik dari perceraian biasanya lebih besar daripada efek kematian, karena sebelum dan sesudah perceraian sudah timbul rasa sakit dan tekanan emosional, serta mengakibatkan cela sosial.
HOZMAUDAN FROILAND mengatakan ada lima tahap penyesuaian setelah perceraian:
menyangkal bahwa ada perceraian
timbul kemarahan dimana masing-masing individu tidak ingin saling terlibat
dengan alasan pertimbangan anak, mereka berusaha untuk tidak bercerai
mereka mengalami depresi mental ketika mereka tahu akibat menyeluruh dari perceraian terhadap keluarga
akhirnya mereka setuju untuk bercerai

 
MASA DEWASA MADYA PENYESUAIAN PRIBADI DAN SOSIAL

Pada umumnya usia madya atau usia setengan baya dipandang sebagai masa usia antara 40-60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan­perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, Sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat.

Meningkatnya kecendrungan untuk pensiun pada usia enampuluhan sengaja ataupun tidak sengaja usia 60-an tahun dianggap sebagai garis batas antara usia madya dengan usia lanjut. Jadi batasnya bukan usia 65 tahun.



KARAKTERISTIK USIA MADYA
Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat ditakuti
Usia, Madya adalah Masa Stres
Usia Madya adalah "Usia yang Berbahaya“
Usia Madya adalah "Usia Canggung" (awkward age)
Usia Madya adalah Masa Berprestasi
Usia Madya Merupakan Masa Evaluasi
Usia Madya dievaluasi dengan Standar Ganda
Usia Madya Merupakan Masa Sepi (empty nest)




Tandatanda Ketuaan Yang Paling Nyata Menjadi Masalah Pada Pria dan Wanita:
Berat Badan Bertambah
Berkurangnya Rambut dan beruban
Perubahan pada Kulit
Tubuh menjadi gemuk
Perubahan Otot
Masalah Persendian
Perubahan Pada Gigi
Perubahan Pada Mata


Perubahan Seksual
Sejauh ini, penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria dan wanita pada usia madya terdapat pada perubahan pada kemampuan seksual mereka. Wanita memasuki masa menopause (merupakan masa kritis bagi wanita) atau perubahan hidup, di mana masa-masa menstruasi berhenti, dan mereka kehilangan kemampuan memelihara anak. Sedangkan pria mengalami masa klimakterik pria.


Sindrom Menopause
Menstruasi berhenti
Sistem reproduksi menurun dan berhenti
Penampilan kewanitaan menurun
Ketidaknyamanan Fisik
Berat badan bertambah
Penonjolan
Perubahan kepribadian


Sindrom Klimakterik
Rusaknya Fungsi Organ Seksual
Nafsu Seksual Menurun
Penampilan Kelakian Menurun
Gelisah Akan Kepriaannya
Ketidaknyamanan fisik
Menurunnya Kekuaton dan daya tahan Tubuh
Perubahan Kepribadian

Rabu, 10 Juni 2009

Masa Dewasa

MASA DEWASA

Istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga adalescence - adalescere -yang berarti "tumbuh menjadi kedewasaan". Akan tetapi, kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti "telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna' atau "telah menjadi dewasa". Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyesuaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

Setiap kebudayaan membuat pembedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, staus ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas sudah selesai atau hampir selesai dan apabila organ kelamin anak telah berkembong dan mampu berproduksi. Belum lama ini, dalam kebudayaan Amerika seorang anak belum resmi dianggap dewasa kalau ia belum mencapai umur 21 tahun. Sekarang umur 18 tahun merupakan umur dimana seseorang dianggap dewasa secara syah. Dengan meningkatnya lamanya hidup atau panjangnya usia rata-rata orang maka masa dewasa sekarang mencakup waktu yang paling lama dalam rentang hidup.

Pembagian Masa Dewasa

1. Masa Dewasa Dini

Masa dewasa dini dimulai dari umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat perubahan fisik dan psikolagisnya yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

2. Masa Dewasa Madya

Masa dewasa madya dimulai umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yaitu saat menurunnya baik kemampuan fisik dan psikolagis yang jelas nampak pada setiap orang.

3. Masa Dewasa Lanjut (usia lanjut)

Masa dewasa lanjut (senescence), dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikolagis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda.

Perlu diingat, bahwa pembagian ini tidak mutlak dan ketat. Pembagian ini hanya menunjukkan umur rata-rata pria dan wanita mulai menunjukkan perubahan­perubahan dalam penampilan, minat dan sikap serta perilaku yang karena tekanan­-tekanan lingkungan tertentu dalam kebudayaan akan menimbulkan masalah-masalah penyesuaian diri yang tak dapat tidak harus dihadapi oleh setiap orang dewasa. Sebagaimana ditekankan oleh Gould, “usia yang tepat saat perubahan-perubahan itu terjadi adalah produk dari kepribadian gaya hidup dan sub-budaya total seorang individu.

CIRI-CIRI MASA DEWASA DINI

Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru seperti, peran suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Penyesuaian diri ini menjadikan periode ini suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup seseorang. Periode ini sangat sulit sebab sejauh ini sebagian besar anak mempunyai orang tua, guru, teman atau orang-orang lain yang bersedia menolong mereka mengadakan penyesuaian diri. Sekarang, sebagai orang dewasa, mereka diharapkan mengadakan penyesuaian diri secara mandiri. Apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan yang sukar diatasi, mereka ragu-ragu untuk minta pertolongan dan nasehat orang lain karena enggan kalau-kalau dianggap "belum dewasa".

1. Masa Pengaturan (Settle Down)

Jika anak laki-laki dan wanita mencapai usia dewasa secara sah, hari-hari kebebasan mereka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa.

Penjajakan terlalu singkat, bisa mengakibatkan ketidakpuasan seperti dalam memilih pekerjaan atau pasangan. Hal ini terjadi baik pada laki-laki ataupun perempuan. Wanita muda mencoba berbagai pekerjaan sebelum dia dapat menentukan apakah nantinya dia itu pas untuk berumah tangga atau sebagai seorang wanita karir.

Untuk hal ini, sudah tentu memerlukan banyak waktu. Oleh karena itu pemuda sekarang umumnya berumah tangga lebih lambat dibandingkan masa orang tua kita dulu. Rata-rata mereka memilih untuk pasangan hidup dan memenukan pola hidup pada usia 30 an.

Orang muda memulai hidup berumah tangga bergantung pada:

· Cepat tidaknya mereka mampu menemukan pola hidup yang memenuhi kebutuhan mereka kini dan pada masa depan.

Seorang wanita yang dari kecil sudah bermain boneka atau mempunyai sifat keibuan, maka ketika tamat sekolah, ingin berumah tangga, maka dia tidak membutuhkan waktu lama untuk menentukan peran yang sesuai dengannyo.

· Tanggung jawab yang harus dipikulnya sebelum ia mulai berkarya. Seorang yang bercita-cita menjadi dokter, tidak akan bisa cepat untuk bekerja karena dia harus menyelesaikan pendidikan, ko-as, baru setelah itu dapat izin praktek. Tapi teman sebaya yang memutuskan langsung mencari pekerjaan seperti buruh, akan cepat dewasanya karena tidak perlu pendidikan dan pelatiha formal untuk menunjang karirnya.

Ketika seseorang menemukan pola hidup yang diyakininya dapat memenuhi kebutuhannya, ia akan mengembangkan pola-pola perilaku, sikap dan nilai-nilai yang

cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.


2. Masa Usia Reproduktif

Menjadi orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Orang yang sudah menikah akan berperan sebagai orang tua ketika berusia antara 20-30 tahun. Jika wanita ingin berkarier sesudah menikah, biasanya ia menunda untuk punya anak sampai usia tiga puluhan. Dengan demikian, bagian dasawarsa terakhir dari masa depan dini merupakan 'usia reproduktif"

3. Masa Bermasalah

Pada tahun-tahun awal masa dewasa, banyak masalah baru yang harus dihadapi. Dalam mengatasi masalah diperlukan penyesuaian diri. Karena masalah yang harus dihadapi orang muda itu rumit, maka berbagai penyesuaian diri tidak akan dilakukan pada waktu yang bersamaan. Pria mengadakan penyesuaian diri terlebih dahulu pada pekerjaan, kemudian baru pada masalah peran sebagai orang tua. Jarang terjadi ketika seseorang berhasil pada pekerjaan dan perkawinan yang terjadi pada waktu yang bersamaan.

Kesulitan penyesuaian diri terhadap masalah disebabkan:

a. Sedikit sekali orang muda yang mempunyai persiapan untuk menghadapi jenis­-jenis masalah yang perlu diatasi sebagai orang dewasa

b. Mencoba menguasai dua atau lebih keterampilan serentak biasanya menyebabkan kedua-duanya kurang berhasil

c. Orang muda tidak memperoleh bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah mereka tidak seperti waktu mereka dianggap dewasa.

4. Masa Ketegangan Emosional

Sebagai manusia dalam kelompok usia hampir dewasa pada umumnya mereka masih sekolah dan diambang memasuki dunia pekerjaan orang dewasa. Ketika mereka melihat dunia sebagai menara gading mereka tidak menyukai dan ingin mengubahnya.

Apabila emosi yang menggelora yang merupakan ciri tahun-tahun awal kedewasaan masih tetap kuat pada usia 30-an, hal ini merupakan tanda bahwa penyesuaian diri pada kehidupon orang-orang dewasa belum terlaksana secara memuaskan. Biasanya nampak dalam bentuk kekerasan. Apabila tidak mampu mengatosi masalah dalam hidup, mereka sering merasa terganggu dalam emosional sehingga mereka memikirkan atau mencoba untuk bunuh diri.

5. Masa Keterasingan Sosial

Dengan berakhirnya pendidikan formal, seseorang dalam pola kehidupon orang dewasa seperti karier, perkawinan dan berumah tangga, maka hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya akan renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang.

Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing, dan hosrat kuat untuk maju dalam karier. Dengan begitu keramahan masa remaja diganti dengan persaingan masyarakat dewasa dan mereka juga harus mencurahkan sebagian besar tenaga mereka untuk pekerjaan mereka, sehingga mereka hanya dapat menyisihkan waktu sedikit untuk sosialisasi yang diperlukan untuk membina hubungan yang akrab. Akibatnya, mereka menjadi egosentris dan ini tentunya menambah kesepian mereka.

6. Masa Komitmen

Sewaktu menjadi dewasa, orang muda mengalami perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi orang dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru, meskipun pola-pola hidup, tanggung jawab dan komitmen-komitmen baru ini mungkin akan berubah juga, pola-pola ini menjadi landasan yang akan membentuk pola hidup, tanggung jawab dan komitmrn-komitmen di kemudian hari.

7. Masa Ketergantungan

Masih banyak orang dewasa agak tergantung atau bahkan sangat tergantung pada orang lain selama jangka waktu yang berbeda-beda. Ketergantungan ini bisa pada orang tua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa, pada pemerintah karena memperoleh pinjamon untuk biaya pendidikan.

Ada orang yang membenci ketergantungan, walaupun mereka sadar mereka membutuhkan pendidikan untuk menunjang karir, atau ada juga mereka mendapatkan bantuan keuangan dari orang tua, dan mereka merasa itu wajar.

8. Masa Perubahan Nilai

Orang dewasa yang menganggap sekolah itu suatu kewajiban yang tidak berguna kini sadar akan pendidikan sebagai sarana untuk meraih keberhasilan sosial, karier, kepuasan kepribadian. Akibatnya banyak yang semula putus sekolah memutuskan untuk belajar kembali menyelesaikon pendidikan mereka.

9. Masa Penyesuaian Cara Kehidupan Baru

Dalam masa dewasa ini gaya kehidupan baru yang paling menonjol di bidang perkawinan maupun peran orang tua diantara penyesuaian diri yang harus dilakukan yang paling umum adalah pola pada peran seks atau dasar persamaan derajat egalitarian (persamaan hak)

10. Masa Kreatif

Orang muda banyak yang bangga karena lain dari yang umum dan tidak menganggap hal ini s sebagai suatu kekurangan. Hal ini disebabkon karena sebagai orang dewasa ia tidak terikat oleh aturan orang tua maupun guru, bentuk kreatifitas yang tampak pada orang dewasa tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan mewujudkon keinginan dan kegiatan yang memberikan kepuasan yang sebesar-besarnya.



TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA DINI

Mencapai kebebasan (interdependent) emosional, sosial ekonomi, yang dipusatkan pada harapan masyarakat yang mencakup:

1. Mulai Bekerja

2. Memilih pasangan

3. Belajar hidup dengan pasangan

4. Mulai membina keluarga

5. Mengasuh anak

6. Mengelola rumah tangga

7. Menerima tanggung jawab sebagai warga negara

8. Mencari kelompok sosial yang sesuai


Pada hal tertentu yang dapat memudahkan penguasaan tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dini adalah:

1. Efisiensi Fisik

Puncak efisiensi fisik dicapai pada usia pertengahan dua puluhan. Secara fisik orang mampu menghadapi dan mengatasi masalah-mosolah yang selain sukar juga paling banyak jumlahnya dalam periode ini.

2. Kemampuan Motorik

Dalam belajar mempelajari keterampilan motorik yang baru, orang usia 20-an lebih mampu daripada mereka yang berusia mendekati usia 40-an.

3. Kemampuan Mental

Kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru, misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analagis, dan berpikir kreatif, mencapai puncak usia 20-an, kemudian sedikit demi sedikit menurun

4. Motivasi

Apabila remaja mencapai usia dewasa secara hukum usia 21 tahun, mereka berkeinginan kuat untuk dianggap sebagai orang dewasa yang mandiri oleh kelompok sosial mereka. Hal ini menjadi motivasi bagi orang-orang muda ini untuk menguasai tugas perkembangan yang diperlukan agar dianggap mandiri.

5. Model Peran

Remaja yang bekerja setelah menamatkan sekolah lanjutan mempunyai model peran untuk diteladani dan akan dicontoh setiap perilakunya.

PERUBAHAN MINAT MASA DEWASA DINI

Karena banyak minat yang terbawa dari masa remaja tidak lagi sesuai dengan peran sebagai orang dewasa, berbagai perubahan pada seluruh bidang minat tidak dapat dihindarkan. Perubahan yang terbesar adalah pengurangan keanekaragaman minat.

Jenis-jenis Minat terbagi Menjadi:

1. Minat Pribadi

Minat pribadi selalu menyangkut seseorang tertentu, antara lain:

· Penampilan

Ketika orang tumbuh menjadi dewasa, pria dan wanita sudah belajar untuk menerima perubahan fisik dan sudah tahu pula memanfaatkannya, menyadari kekurangan dirinya dan menyadari bahwa dia tidak dapat menghapus kekurangan sekalipun dapat memperbaiki penampilannya.

Minat untuk meningkatkan penampilan berkurang ketika berumur menjelang 30-an, ketika ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga terasa kuat. Namun, minat akan penampilan muncul lagi jika mulai tanda-tanda ketuaan.

· Pakaian dan perhiasan

Perhation terhadap pakaian dan perhiasan tetap berperan kuat dalam masa dewasa dini. Orang mengetahui bahwa penampilan itu penting bagi keberhasilannya di semua bidang kehidupan, sehingga orang sering menghabiskan banyak waktu dan uang untuk pakaian dan perhiasan. Pakaian mungkin hanya nampak sebagai kulitnya saja, namun merupakan faktor penentu dalam reaksi seseorang terhadap orang lain.

· Simbol status

Simbol status adalah tanda-tanda tertentu yang membedakan seseorang dengan orang lain. Bentuknya dapat bermacam-macam, tetapi bagi orang dewasa simbol status ini umumnya berbentuk mobil, rumah dalam lingkungan elite, keanggotaan tim klub, dan harta benda yang mewah.

Jika mobil merupakan simbol status utama bagi remaja, rumah adalah pemilikan yang penting bagi orang dewasa dini.

· Uang

Orang-orang muda lebih tertarik pada uang karena dapat memenuhi kebetuhan saat ini, dari pada fungsi uang untuk hari depan. Berbagai masalah yang ditimbulkan uang berasal dari kurangnya pengetahuan bagaimana memanfaatkan uang secara bijaksana atau karena terbawa kebiasaan sewaktu masih remaja.

· Agama

Biasanya sesudah orang, menjadi dewasa ia telah dapat mengatasi keragu­-raguan di bidang kepercayaan atau agamanya. Setelah menjadi dewasa ia biasanya sudah mempunyai suatu pandangan hidup, yang didasarkan pada agama, yang memberi kepuasan baginya. Atau dapat terjadi bahwa orang meninggalkan agama yang dianut keluarga, karena agama itu tidak memberi kepuasan baginya.


2. Minat Rekreasional

· Berbincang-bincang

Berbincang-bincang dengan mereka yang memiliki minat yang sama merupakan pengisi waktu yang disenangi, baik oleh pria maupun wanita. Kegiatan ini sangat populer di antara wanita yang sudah berkeluarga karena tugas-tugas mereka memaksa mereka tinggal di rumah sepanjang hari. Percakapon dengan dunia luar dilakukan lewat telepon karena mereka juga harus mengawasi anak­-anak mereka yang masih kecil. Pria berbincang-bincang dengan teman-teman mereka di luar rumah, di tempat pekerjaan atau di tempat-tempat pertemuan, di bar atau di tempat rekreasi.

Pada umumnya yang diperbincangkan adalah masalah sehari-hari yang berkaitan dengan keluarga mereka, pekerjaan dan maslaah-masalah sosial. Wanita pada umumnya lebih suka mempergunjingkan teman dan tetangga mereka, sedangkan pria lebih suka membanyol atau mendiskusikan politik.

· Berdansa

Berdansa salah satu bentuk rekreasi yang di senangi para remaja, hanya sekali-kali saja dapat dilakukan oleh apabila mereka sudah dewasa. Hal ini disebabkan karena tanggungjawab keluarga dan pekerjaan yang harus dipikulnyo.

· Olah raga dan permainan

Partisipasi aktif dalam berbagai bentuk olahraga semakin berkurang pada masa kedewasaan, karena keadaan memang kurang memungkinkan dari segi waktu dan dana dibanding dulu semasa mereka masih bersekolah. Partisipasi pasif terhadap olah raga semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Permainan strategi yang menuntut ketrampilan dari permainan yang ingin menang, misalnyo bridge, lebih menarik orang dewasa kelas menengah dan atas.

· Menjamu

Budget terbatas dan tanggungjawab keluarga membatasi frekuensi jamu­menjamu antar orang-orang muda. Orang dewasa yang belum berkeluarga pun relatif kurang menjamu dan apabila mereka menjamu biasanya tidak dilakukan di rumah.


· Hobi

Orang-orang muda umumnya tidak punya hobi sebelum keadaan keuangan memberikan waktu cukup untuk kegiatan ini. Namun ada yang justru mempunyai hobi karena pekerjaan mereka membosankan atau mengecewakan dan hobi menjadi semacam kompensasi.

Hobi mencakup antara lain kegiatan seperti masak, berkebun, melukis, menjahit, merajut, merenda, membuat dan mereparasi perabotan, mengambil foto dan mencetaknya, main alat musik, mengumpulkan aneka ragam benda.

· Hiburan seperti:

ü Membaca

Karena banyak tanggungjawab, biasanya dewasa dini suka membaca surat kabar dan majalah.

ü Mendengar musik

Merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kebosanan

ü Film

Orang dewasa muda yang belum menikah, suka menonton film dalam rangka pacaran. Tapi, mereka yang sudah menikah jarang bisa menonton seperti dulu karena sudah banyak tanggung jawab yaitu mengasuh anak dan sering berfikir untuk menonton yang bisa mengikutsertakan anak.

ü Radio

Wanita, suka mendengar radia ketika sedang memasak atau mengerjakan kegiatan rumah tangga, dan laki-laki suka mendengar radio ketika dalam perjalanan menuju kantor yang menyajikan hiburan dan berita.

ü Televisi

Menonton TV pada malam hari merupakan kegiatan yang senang dilakukan orang dewasa ketika sudah mempunyai anak. Pria lebih menyukai olah raga dan wanito lebih menyukai film komedi atau telenovela dan sinetron-sinetron

Faktor yang mmpencaruhi rekreasi orang dewasa:

· Kesehatan

Orang muda yang sehat dapat mengikuti rekreasi yang lebih luas. Orang yang sehatpun akan mengurangi rekreasi yang melelahkan apabila mereka sudah setengah baya.

· Waktu

Walau waktu kerja sudah diperpendek dalam seminggu, tapi orang dewasa masih merasa kekurangan waktu dalam melakukan rekreasi karena tanggung jawab rumah tangga dan keluarga, kewajiban terhadap organisasi, atau keharusan mencari pekerjaan tambahan.

· Status perkawinan

Orang muda yang belum menikah mempunyai banyak waktu dan uang untuk mengadakan rekreasi. Tapi, bagi keluarga besar, biasanya melakukan rekreasi di dalam rumah saja seperti menonton atau melakukan permainan yang melibatkan anggota keluarga.

· Status sosio-ekonomi

Orang muda yang golongan menengah mempunyai lebih banyak waktu untuk rekreasi dan banyak mengikuti lebih banyak rekreasi. Biasanya mengambil tempat di rumah.

· Jenis kelamin

Sebagian besar wanita yang berkeluarga, terbatas pada bentuk rekreasi di rumah.

· Penerimaan sosial

Orang dewasa muda yang populer, lebih banyak kesempatan untuk melakukan rekreasi sesudah menamatkan sekolahnya daripada orang yang waktu sekolah kurang populer atau yang bertempat tinggal jauh dari teman sekolahnya.

Orang yang sedang menyelesaikan pendidikan, lebih mempunyai kesempatan untuk rekreasi dibandingkan dengan orang yang sudah menamatkan pendidikannya.

1. Minat Sosial

· Perubahan dalam peran sosial

Keterlibatan dalam kegiatan sosial yang dirasakan begitu penting sewaktu remaja karena nilai prestasinya, terpaksa dikurangi pada masa dewasa dini. Kehidupan sosial mereka umumnya dipusatkan di rumah dan anggota keluarga mengganti peran teman. Peran serta dalam kegiatan sosial di luar rumah meningkat menjelang usia setengah baya yaitu dari pertengahan sampai akhir usia 30-an.

· Perubahan dalam persahabatan

Keinginan untuk populer dan mempunyai banyak teman mulai memudar menjelang akhir masa remaja dan terus memudar pada awal masa dewasa, terutama pada pasangan muda dengan kesibukan mereka yang berorientasi pada tugas dan tanggung jawab keluarga. Oleh sebab itu dewasa tidak banyak temannya tapi hubungan mereka lebih akrab.

· Perubahan dalam kelompok sosial

Keakraban antar teman yang ada pada masa remaja akan berlanjut ke masa dewasa. Orang dewasa muda pada umumnya mempunyai kelompok teman akrab atau teman yang dapat dipercaya yang jumlahnya kecil. Bisanya mereka adalah teman lama, kecuali keadaan sudah berubah yang membuat mereka tidak cocok lagi dengan teman lamanya.

Pada usia akhir 30-an atau pertengahan 40-an mereka mempunyai banyak teman. Karena minat mereka umumnya sudah stabil pada masa itu, mereka kurang berminat berganti teman. Ini mengakibatkan suatu hubungan yang erat dengan kelompok sosial.

· Perubahan nilai popularitas

Popularitas kurang penting bagi orang yang mendekati usia madya. Beberapa teman yang cocok lebih bernilai daripada kelompok besar yang kurang serasi atau yang kurang akrab.

· Perubahan dalam status kepemimpinan.


PERKEMBANGAN FISIK MASA DEWASA DINI

· Merupakan puncak kemampuan fisik dan juga awal penurunan kemampuan fisik

· Puncak kemampuan fisik dapat dilihat pada para atlet

· Sekitar usia 21, sebagian besar fungsi fisik telah berkembang sempurna.

Sebagian besar perasaan tajam, penglihatan sempurna, ketahanan terhadap rasa sakit dan temperatur. Tapi dapat terjadi penurunan kemampuan dengan secara gradual, terutama pada individu yang sering berada di lingkungan bising.

· Penurunan kemampuan fisik terkait dengan kesehatan, gaya hidup, kebisaan merokok, minum-minuman keras, penggunaan obat-obatan terlarang.

· Kesehatan dan gaya hidup yang baik di masa dewasa dini adalah awal kepuasan hidup pada masa tua.

· Terdapat beberapa hal yang menjadi indirect effect terhadap kesehatan seperti income, pendidikan dan etnik.

· Gender juga terkait dengan status kesehatan. Penyakit perempuan (penyakit sistem reproduksi, kanker payudara). Penyakit laki-laki (kanker prostat). Beberapa penyakit lain tampak lebih menonjol pada salah satu gender, misal perempuan (eating disorder, artritis, osteoporosis) dan pada laki-laki (kanker paru-paru).

· Angka harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki karena adanya genetic protection ( kromosom X dan efek menguntungkan dari hormon estrogen terhadap kesehatan cardiovascular).

· Perempuan lebih sering sakit, pergi ke dokter dan minum obat dibandingkon laki­laki. Juga lebih sering dirawat di rumah sakit (terutama karena operasi yang berkaitan dengan sistem reproduksi). Tetapi, jika laki-laki dirawat di rumah sakit, bisanya waktu lebih lama daripada perempuan dan masalah kesehatan mereka jauh lebih kronis dan mengancam kehidupan.

· Perempuan lebih banyak tahu tentang kesehatan, berpikir dan melakukan sesuatu untuk mencegah sakit, memiliki kesadaran lebih tinggi tentang simptom, dan lebih banyak membicarakan kekhawatiran mereka tentang kondisi kesehatan. Sedangkan laki-laki memandang bahwa sakit merupakan kondisi yang tidak "maskulin" sehingga mereka tidak mengakui jika berada dalam kondisi tidak sehat.

Bahaya Fisik

Bahaya fisik yang paling penting dan yang paling umum pada masa dewasa dini adalah bentuk fisik dan penampilan yang kurang menarik yang mempersulit penyesuaion diri pribadi dengan kehidupan sosial.


PERKEMBANGAN KOGNITIF DEWASA DINI

· Tahap Formal operational (Piaget)

· Pada awal kuliah pola berpikir rigid, tapi setelah tahu berbagai ide dan pengetahuan baru, mereka sadar ada banyak cara pandang, sehingga dapat melihat bahwa pengetahuan dan nilai bersifat relatif. Tiap lingkungan dan individu memiliki sistem nilai berbeda. Sehingga mereka mencapai comment within relativism (membuat judgement dan memilih belief dan value meskipun tidak betul-­betul yakin serta membuka peluang bagi kemungkinan lain yang lebih valid.

· Cara berpikir ini disebut sebagai postformal thought, dengan ciri-ciri:

ü Shifting gears

Mampu memindahkon pemikiran abstrak kepada pemikiran praktis dalam kehidupan nyata (di atas kertas menang, tapi belum tentu kenyataannya)

ü Multiple causality, multiple solutions

Kesadaran bahwa pada umumnya munculnya masalah disebabkan banyak hal dan juga memiliki banyak solusi, serta beberapa solusi lebih dapat memecahkan masalah dibandingkon solusi lainnya.

ü Pragmatism

Kemampuan untuk memilih yang terbaik dari beberapa solusi dan memiliki kriteria untuk memilih solusi.

ü Awareness of paradax

Kesadaran bahwa masalah atau solusi memiliki inherent conflict (melakukan hal ini akan memberikan apa yang ia inginkan, tapi hanya akan membuatnya tidak bahagia pada akhirnya).

PENDIDIKAN MASA DEWASA DINI

* Lulus SMA, melanjutkan kursus, D3, S1, S2

* Tahun 1970, jumlah perempuan yang ikut pendidikan tinggi hanya sedikit. Tapi saat ini terjadi peningkatan jumlah perempuan berpendidikan tinggi

* Pilihan bidang pendidikan perempuan masih cenderung di bidang 'feminin” (ekonomi, pendidikan, sastra, psikolagi), sedangkon laki-laki pada bidang teknik.

* Drop-out dari pendidikan tinggi dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti menikah, bekerja, ticlok puns pada pilihan bidang pendidikan, bekerjo, tidak puns pada pilihan bidang pendidikan, prestasi yang rendah.


PENYESUAIAN PERAN SEKS PADA DEWASA DINI

Wanita sulit untuk memainkan peran lain yang lebih memuaskan karna adanya peran seks tradisional.

Banyak gadis remaja ingin berperan sebagai seorang ibu dan istri yang baik kalau mereka dewasa nanti. Tapi, setelah dewasa, mereka tidak mau menjadi istri atau ibu sesuai pengertian tradisional, yaitu tunduk kepada suami, mengabdikan sebagian besar waktu untuk tugas kerumahtanggaan, dan hanya memiliki sedikit minat dan kegiaton luar.

Banyak wanita muda mengharapkan perkawinan atas dasar hak. Hal ini bukan didasarkan atas impian belaka, tapi berdasarkan kesadaran bahwa telah terjadi perubahan yang mencolok dalam pola kehidupan orang dewasa. Sebagai contoh, para isteri sering bekerja sompai suaminya menyelesaikan studinya atau telah mapan dalam suatu bisnis atau mereka cari kerja agar mereka memperoleh berbagai mocam lambang status yang diinginkan yang tidak dapat dibeli andaikan istri tidak ikut bekerja. Yang paling penting dari semuanya itu adalah para wanita muda sadar akan hilangnya "standar ganda" tidak hanya dalam perilaku seksual dan moral saja, tapi juga dalam kohidupan sosial, bisnis dan profesi.

Konsep Peron Seks dewasa

1. Konsep Tradisional

Pola perilaku tertentu tidak memperhitungkan minat dan kemampuan perorangan. Menekankan superioritas maskulin dan tidak dapat mentolerir setiap sifat yang memberi kesan kewanitaan atau pekerjaan yang dianggap 'pekerjaan wanita".

Pria:

Di luar rumah pria menduduki posisi yang berwewenong dan berprestise dalam masyarakat dan dunia bisnis. Di rumah ia pencari nafkah, pembuot keputusan, penasehat, dan tokoh yang mendisiplinkon anak-anak, dan model maskulinitas bagi putera-puteranya.

Wanita:

Baik di rumah maupun di luar, peran wanita beorientasi pada orang lain. Maksudnya, wanita mendapatkon kepuasaan lewat pengabdian pada orang lain. Ia tidak diharapkan bekerja di luar rumah, kecuali ketika keadaan finansial memaksanya, dan apabila ini terjadi ia melakukan pekerjaan di bidang, pelayanan seperti sebagai perawat, guru atau sekretaris.

2. Konsep Egalitarian (Persamaan Derajat)

Menekankan individualitas dan persamaan derajat antara pria dan wanita. Suatu peran harus mendatangkan kepuason pribadi dan tidak dinyatakan cocok hanya bagi jenis kelamin tertentu saja.

Pria:

Di rumah maupun di luar rumah pria bekerja sama dengan wanita sebagai rekan. Ia tidak merasa "dijajah isteri" apabila ia memperlakukan istrinya sebagai rekan yang sederajat. Begitu pula ia tidak merasa malu jika isterinya mempunyai pekerjaan yang lebih berprestise atau berpenghasilan lebih besar dari dia.

Wanita:

Di rumah maupun di luarnya wanita mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan potensinya. Ia tidak merasa bersalah apabila ia memanfaatkan kemampuannya untuk kepuasan dirinya meskipun ini berarti ia harus mengupah orang lain untuk mengatur rumah tangga dan mengasuh anak.

Sambungan Petemuan XII & XIII (3 Juni 2009 & 10 Juni 2009)

TRANSISI DALAM HUBUNGAN KELUARGA

Remaja dan Keluarga
Dengan kekhasan remaja, sering menimbulkan perselisihan dalam keluarga, sehingga mempengaruhi suasana rumah. Bila ini terjadi, biasanya kesalahan terletak pada kedua belah pihak:
1.Orang tua memperlakukan remaja seperti anak kecil. Padahal mereka menginginkan anak remaja "bertindak sesuai dengan usianya" terlebih bila berhubungan dengan masalah tanggung jawab.

2.Kesenjangan Generasi antara remaja dengan orang tua
Kesenjangan generasi yang paling menonjol terjadi di bidang norma sosial, seperti perilaku seksual yang sekarang banyak dilakukan oleh remaja, adalah perilaku yang sangat terlarang oleh orang tua pada usia yang sama.

Perilaku yang ditunjukkan oleh Remaja Ketika Menghadapi Keadaan ini adalah:
1.Mengkritik
2.Verbal Attack (marah-marah, menyerang, mengumpat)
3.Permusuhan

Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Suasana Rumah:
1.Saling Pengertian
. dengan empati
• Komunikasi yang baik
• Saling membagi pengalaman

2.Pertentangan di luar otonomi
• Merupakan simbol status bagi remaja yang menggambarkan bukan anak-anak lagi, ingin mandiri
• Tapi orang tua masih ingin untuk mengendalikan remaja

3. Konflik dalam hal pandangan dan pendapat
Adanya gap generasi budaya atau perbedaan budaya

4. Kebersamaan
Ayah dan ibu saling membagi dalam pengasuhan remaja. Konflik dapat terjadi apabila ada ketidakkonsistenan pola pengasuhan antara ayah dan ibu.

5.Pengawasan/kontrol orang tua
Pola pengasuhan yang kuat, biasanya menyebabkan sikap melawan

6.Hubungan perkawinan
Keharmonison keluarga

7.Keretakan keluarga

8.Susunan dan ukuran keluarga
Semakin kecil keluarga, semakin besar hubungan intrapersonal

9.Masuknya anggota keluarga lain atau orang lain
Dalam keluarga inti atau keluarga batih, akan lebih akrab dibandingkan keluarga yang besar.

10.Status sosial ekonomi keluarga
11.Pekerjaan orang tua
12.Aspirasi orang tua
Aspirasi orang tua mempengaruhi kebebasan remaja, terutama jika aspirasi yang tidak realistik.
Misalnya: orang tua memaksa anak menjadi dokter

13. Konsep aturan keluarga
• Diharapkan orang tua membimbing remaja menjadi dewasa
• Sering kali konsep tradisional orang tua betentangan dengan kebebasan remaja

14. Kesukaan
Kedekatan dengan anggota keluarga (pilih kasih)

Sebab Umum Pertentangan Keluarga Selama Masa Remaja:
Biasanya lebih banyak terjadi pada masa remaja awal dan pada anak laki-laki.

1.Standar perilaku
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda dengan standar perilaku orang tua yang kuno harus menyesuaikan diri dengan yang modern

2.Metode disiplin
Kalau metode disiplin orang tua dianggap tidak adil, maka akan terjadi pemberontakan pada remaja.

3 Hubungan dengan saudara kandung
Remaja bisa saja mencela kakak atau adiknya sehingga timbul pertentangan diantara mereka dan juga terhadap orang tua yang pilih kasih.

4. Merasa menjadi korban
Remaja sering merasa benci kalau status sosial ekonomi keluarga tidak memungkinkannya mempunyai simbol status yang sama dengan yang dimiliki oleh teman-temannya, seperti pakaian, mobil.
Remaja tidak menyukai bila diberikan tanggung jawab rumah tangga seperti mengasuh adik, atau bila ada orang tua tiri masuk dan mencoba "memerintah".

5. Sikap yang sangat kritis
Anggota keluarga tidak menyukai sikap remaja yang terlampau kritis terhadap diri mereka dan terhadap pola kehidupan keluarga pada umumnya.

6. Besarnya keluarga
Dalam keluarga sedang, yang terdiri dari tiga atau empat anak, lebih sering terjadi pertentangan dibandingkan dengan dalam keluarga kecil.

7. Perilaku yang kurang matang
Orang tua sering mengembangkan sikap menghukum bila para remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab atau membelanjakan uang semaunya. Remaja membenci sikap kritis dan sikap menghukum ini.

8. Memberontak terhadap keluarga
Orang tua dan sanak keluarga menjadi marah bila remaja mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan bahwa pertemuan-pertemuon keluarga ”membosankan" atau bila remaja menolak usul dan nasihat-nasihat mereka.

Sebab-sebab Kegagalan Komunikasi Pada Keluarga

1.Adanya perubahan sosial dan budaya yang cepat menimbulkan gap generasi
2.Remaja merasa tidak dimengerti oleh orang tua
3.Masalah dengan orang lain, sebagai penyebab rintangan dalam keluarga
4.Kurang berbagi pengalaman

Kapan Hubungan Keluarga Mulai Membaik?

Dengan berjalannya masa remaja, pertentangan dengan anggota keluarga lambat laun akan berkurang dan hubungan menjadi lebih menyenangkan dan lebih penuh kasih sayang.
Hubungan remaja-orang tua membaik bermula ketika:
1.Orang tua menyadari bahwa anak mereka bukan anak kecil lagi.
2.Terjadi pada saat orang tua berusaha mengerti remaja dan nilai budaya baru pada kelompok remaja. Walaupun tidak sepenuhnya menyetujui, dan menyadari bahwa remaja masa kini hidup dalam dunia yang berbeda dengan dunia ketika orang tua dibesarkan dulu.
3.Hal ini juga terjadi pada hubungan remaja dengan saudara kandung.
Pada awal masa remaja hubungan penuh dengan pertentangan. Kemudian remaja yang lebih tua sudah mulai bisa menerima keadaan saudaranya yang tadinya dianggap menjengkelkan ini dengan penuh kesabaran dan lebih filosofis. Kadangkala saudara yang lebih tua sering bersikap seperti orang tua terhadap adik-adiknya sehingga mengurangi pertentangan. Kakak jadi lebih diperlakukan seperti teman dan tidak banyak rasa iri.
Ibu cenderung lebih lunak terhadap anak laki-lakinya daripada anak perempuan. Anak perempuan lebih dibatasi oleh ibu, sehingga pertentangan ibu-dengan remaja putri lebih kuat, setidaknya sampai remaja akhir.
Anak laki-laki dan perempuan pada masa remaja lebih mempunyai hubungan yang kurang baik dengan ibu tiri dibandingkan dengan ayah tiri.
Hubungan yang baik dengan sesama jenis kelamin pada masa anak-anak, akan berubah menjadi kurang baik pada masa remaja. Misalnya seringnya kakak perempuan mengkritik penampilan dan perilaku adiknya.



LEVEL OF ASPIRATION
Aspirasi adalah:
Harapan pada sesuatu atau cita-cita, dengan kemajuan sebagai hasil akhir.
Macam-macam Aspirasi

I Aspirasi Positif
Adalah cita-cita untuk mencapai sukses.
Ex : dapat bekerja lebih baik dari orang lain, nilai ujian yang baik
2 Aspirasi Negatif
Adalah keinginan untuk menghindari kegagalan
Ex : puas dengan terlampauinya masa ujian, tanpa memikirkan hasil
3.Aspirasi dekat-realistik
Cita-cita yang dibangun oleh seseorang untuk dirinya pada waktu itu (janqka pendek).
Ex : dapat melewati ujian dengan sukses, mengharapkan kemenangan dalam suatu pertandingan olah raga.
4.Aspirasi jauh-tidak realistik
Cita-cita yang dibangun oleh seseorang untuk masa depan.
Ex : ingin menjadi dokter, saat menjalani sekolah di SMP.
Kekuatan Aspirasi:
Kekuatan aspirasi tidak bergantung pada aspirasi dekat atau jauh, tapi bergantung pada seberapa sulit aspirasi itu dapat diraih.
Ex :
Bila kepuasan atau kepopuleran yang ingin diraih dan tidak menginginkan ijazah, berarti kita mementingkan kegiatan sosial daripada sekolah.
Hirarki Aspirasi:
Aspirasi dekat Aspirasi Jauh
• Tahapan Yang diraih
• Motivasi
• Hasil yang ingin dicapai
• Positif

Kalau tidak realistik Kalau realistik
Gagal Berhasil

•Ex: Ingin menjadi dokter, maka ada tahapan-tahapan yang harus dilampaui.


Tingkat Aspirasi:

Standard seseorang dalam mengharapkan sesuatu dan harapan untuk mencapai perilaku yang diharapkan

Aspirasi Realistik:
Bila mempunyai kesempatan baik untuk sukses
Aspirasi Tidak Realistik:
Jika kesempatan dalam mencapai tujuan dalam keraguan. Tingkat aspirasi tidak realistik biasanya terlalu rendah atau tinggi.

Menurut "Strang":
Orang cenderung menyusun tingkat aspirasi mereka relatif tinggi ketika mereka merasa tidak puas dengan status sekarang.
Dan mereka cenderung menyusun tingkat aspirasi relatif rendah ketika motivasi menurun, merasa gagal, takut menghadapi kenyataan secara realistik, atau saat merasa gelisah serta saat orang lain menilai kurang baik.

Metode Mempelajari Tingkat Aspirasi:
1.Mempelajari harapan-harapan remaja
2.Mempelajari idola remaja
3.Mempelajari resolusi
Resolusi menyatakan ketidakpuasan remaja terhadap dirinya dan prestasinya, sehingga dia beraspirasi meningkatkan cita-cita.
4.Experimen Laboratorium
dengan mengevaluasi hasil eksperimennya.

Pembentukan Level Of Aspiration
1.Early Training (berlatih dari kecil)
2.Ambisi orang tua
3.Harapan signifikan person (panutan)
4.Persaingan dengan orang lain
5.Pengalaman masa lalu
6.Identifikasi tokoh idola dari media massa
7.Minat dan nilai.

Variasi Aspirasi:
Remaja memiliki goal setting yang bervariasi dalam kekuaton aspirasinya.
Variasi Aspirasi disebabkan oleh Faktor:
1.Cita-cita Kultural
Budaya berbeda, memiliki standard harapan berbeda
2.Kondisi keluarga
Keluarga stabil, tujuannya jauh lebih konkrit dan menyiapkan aspirasi yang lebih tinggi
3.Posisi urutan kelahiran
Anak sulung lebih diharapkan
4.Disiplin
Disiplin otoriter, aspirasi tidak realistik
Disiplin demokratis, aspirasi realistik
5.Status kelompok
6.Kegagalan atau kesuksesan
7.Inteligensi
8.Kepribadion
Menolak diri, aspirasi rendah

Kesuksesan:
Akibat Kesuksesan:
1.Menaikkan tingkat aspirasi
2.Kegemaran beraktivitas (mengulang aktivitas)
3.Motivasi diperkuat
4.Keinginan mempublikasikan kesukseson
5.Kepuasan
6.Konsep diri positif
7.Membangun kesuksesan yang kompleks dan mengulangi kesuksesan
Kegagalan
1.Mengurangi arah tujuan
2.Membenci aktivitas dan tidak mengulangi lagi
3.Memperlemah motivasi
4.Keinginan menyembunyikan kegagalan dengan cara menghindari perasaan bersalah, dan cenderung menyalahkan orang lain.
•Mengembangkan toleransi terhadap kegagalan merupakan introspeksi diri
•Mengembangkan realisme diri, merupakan cermin akan kekuatan dan kelemahannya.
•Ketidakpuasan diri.

MINAT PADA REMAJA
Minat Remaja
Minat laki-laki berbeda dengan minat perempuan, karena anak perempuan diharapkan berperilaku feminin dan laki-laki diharapkan maskulin.
Pada minat ini telah terjadi perubahan dari minat anak-anak menjadi minat yang lebih matang, sebagai akibat dari:

1.Tanggung jawab yang lebih besar yang harus dipikul oleh remaja yang lebih tua dan berkurangnya waktu yang dapat digunakan sesuka hati. Oleh karena itu mereka harus membatasi diri terhadap minat yang selama ini sering mereka lakukan yaitu minat rekreasi.

2.Minat yang selama ini mereka anggap penting seperti minat terhadap pakaian dan penampilan, sekarang minat itu menjadi berkurang dan beralih ke minat karier.

3.Pengalaman membuat remaja lebih bisa menilai minatnya secara lebih kritis dan melihat mana yang lebih penting, sehingga remaja bisa menfokuskan minatnya tersebut.

Beberapa Minat Remaja:

1. Minat Rekreasi
Remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga. Banyaknya rekreasi yang diikuti remaja juga sangat dipengaruhi oleh derajat kepopuleran. Karena banyak jenis rekreasi yang memerlukan partisipasi kelompok sebaya, maka remaja yang mempunyai sedikit teman terpaksa memusatkan perhatian pada bentuk rekreasi yang bisa dilakukan sendiri, seperti:
• Olah Raga
Bersifat pasif, yang banyak digemari yaitu permainan kartu.
• Membaca
Remaja cenderung menyukai majalah daripada buku-buku. Lama kelamaan, yang menjadi populer adalah surat kabar.
• Menonton Film, Televisi
Menonton TV tidak begitu menarik karena berbagai alasan. Pertama karena remaja sangat kritis terhadap berbagai macam acara yang ditayangkan, dan alasan kedua karena remaja tidak bisa membaca atau belajar karena adanya TV tersebut. Remaja lebih suka menonton ke bioskop sebagai ajang kencan mereka. Yang perempuan lebih menyukai film romantis dan yang laki-laki lebih menyukai film-film yang bersifat petualangan.
• Mendengarkan Radio
Remaja lebih gemar mendengarkan musik sambil membaca atau belajar, terutama mendengarkan siaran radio yang, memutar lagu-lagu populer.
• Bepergian, bersantai
Remaja suka bersantai sambil berbincang-bincang dengan teman-temannya. Kalau mereka lagi libur sekolah, remaja suka bepergian ke luar kota yang jauh dari rumah mereka, terutama bagi remaja yang ekonominya golongan menengah ke atas.
• Hobi
Sebagian remaja juga suka melakukan hobi mereka seorang diri yang tidak melibatkan banyak orang. Seperti memperbaiki alat elektronik yang rusak, menulis cerita atau puisi-puisi, dll.
• Melamun
Melamun merupakan bentuk rekreasi yang sangat banyak dilakukan oleh remaja apalagi pada waktu tidak banyak kegiatan dan bersantai. Mereka melamunkan sebagai orang yang dielukan dalam kelompoknya.

2. Minat Sosial
Minat sosial adalah bagaimana seorang remaja peduli kepada lingkungan sosial, yang semuanya tergantung kepada:
•Kesempatan untuk mengembangkan minat
•Tingkat kepopulerannya.
Remaja yang status sosialnya rendah, punya kesempatan yang sedikit untuk mengembangkan minatnya, seperti:
ü Pesta
Anak perempuan lebih menyukai pesta daripada laki-laki.

ü Ngobrol
Remaja memperoleh rasa aman bila berada diantara teman-teman dan membicarakan hal yang menarik, dan merupakan kesempatan untuk mengeluarkan isi hati dan mereka beranggapan memperoleh pandangan baru terhadap masalah yang dihadapi.
ü Peristiwa dunia
Melalui pelajaran dan media massa, remaja mengembangkan minat terhadap pemerintahan, politik dan peristiwa dunia. Minat ini diungkapkan melalui bacaan, pembicaraan dengan teman-teman, guru dan orang tua.
ü Kritik-Pembaharuan
Remaja putri lebih kritis dan berusaha memperbaiki orang tua, teman¬teman, sekolah dan masyarakat. Biasanya kritikannya bersifat merusak.

3. Minat Pribadi
Minat yang terkuat, karena dukungan sosial sangat besor dipengaruhi oleh penampilan diri dan kelompok sosial menilai dirinya berdasarkan yang dimilikinya "simbol status".
• Minat pada Penampilan
Mencakup perhiason pribadi, kerapihan, daya tarik, bentuk tubuh.
• Minat pada pakaian
Karena penyesuaian pribadi dan sosial dipengaruhi sikap teman-teman sebaya terhadap pakaian, maka remaja menyesuaikan diri dengan apa yang diharapkan oleh kelompok dalam hal berpakaian. Remaja putri menyadari bahwa penampilan merupakan modal untuk mencari kerja.
• Minat pada prestasi
Prestasi yang baik membuat kepuasan tersendiri pada pribadi dan menimbulkan kepopuleran, baik itu dari bidang pendidikan, olah raga, dan kegiatan sosial.
• Minat pada kemandirian
Berawal pada masa remaja awal, ini banyak menimbulkan perselisihan dengan orang tua, terutama anak perempuan, karena anak perempuan lebih diminta untuk patuh sehingga terjadi pemberontakan terhadap pengekangan di rumah.
• Minat pada uang
Beranggapan bahwa uang adalah kunci kebebason. Bisanya remaja berusaha medapatkan uang sebanyak mungkin, tanpa peduli jenis pekerjaan yang dilakukan.

4. Minat Pada Pendidikan
Remaja suka mengeluh tentang sekolah, larangan-larangan, pekerjaan rumah, dll. Remaja bersikap kritis terhadap guru dan cara guru mengajar. Ini sudah merupakan "mode" bagi remaja.
Remaja yang ingin jadi populer harus menghindari kesan bahwa ia "pandai". Tapi sebagian besar remaja muda dapat menyesuaikan diri dengan baik di sekolah. Minat terhadap pendidikan berhubungan dengan minat dan pekerjaan. Remaja lebih menaruh minat pada pekerjaan-pekerjaan yang nantinya berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya.

Ada 3 macam remaja yang tidak berminat pada pendidikan dan biasanya membenci sekolah:
• Remaja yang orang tuanya memiliki cita-cita tinggi tidak realistik terhadap prestasi akademik, atletik, yang terus menerus mendesak untuk mencapai apa yang dia inginkan.
• Remaja yang tidak diterima oleh teman-teman sekelas.
• Remaja yang matang lebih awal yang merasa fisiknya lebih besar dibanding teman sekelasnya dan karena penampilannya lebih tua dari usia sesungguhnya, seringkali diharapkan berprestasi lebih baik di atas kemampuannya.

5. Minat pada Pekerjaan
Anak SMA mulai memikirkan masa depan. Anak laki-laki lebih bersungguh-sungguh dari perempuan karena perempuan menganggap pekerjaan adalah pengisi waktu sebelum menikah.
Banyak anak laki-laki dari status sosial ekonomi rendah, berharap mencapai status yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Perempuan dalam memilih pekerjaan, menekankan unsur melayani orang lain, seperti mengajar dan merawat.
Pada akhir masa remaja, minat pada karier sering menjadi sumber pikiran. Seperti diterangkan Thomas, pada saat tersebut remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan.
Selama masa kanak-kanak dan awal masa remaja, banyak anak laki-laki dan perempuan menilai berbagai macam jenis pekerjaan seperti hukum dan kedokteran, sesuai dengan stereotipe yang disajikan media massa. Menjelang dewasa, remaja mulai menilai pekerjaan tersebut menurut kemampuan, waktu dan biaya yang diperlukan untuk mengikuti latihan yang diperlukan dalam suatu pekerjaan.

6.Minat pada Agama
Minat pada agama antara lain tampak dengan membahas masalah agama mengikuti pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi dan mengikuti berbagai macam upacara agama.
Sekarang kita mengkhawatirkan minat terhadap agama yang terjadi pada masa remaja ini. Hal ini terilhat dari kurangnya kecintaan remaja terhadap mesjid, mengaji, dll.

7.Minat pada Simbol Status
Selama masa remaja simbol status mempunyai empat fungsi:
• Menunjukkan pada orang lain bahwa remaja mempunyai status sosial ekonomi yang lebih tinggi daripada teman-teman lain dalam kelompok.
• Bahwa remaja mencapai prestasi yang tinggi
• Bahwa remaja bergabung dengan kelompok dan merupakan anggota yang diterima kelompok karena penampilan atau perbuatan yang sama dengan penampilan dan perbuatan anggota kelompok lain
• Remaja mempunyai status hampir dewasa dalam masyarakat.
Kalau misalnya remaja memiliki mobil sendiri, keluarga yang memiliki rumah yang besar lingkungan yang elite, membelanjakan uang tanpa harus bekerja, hal ini dapat menyatakan status sosial ekonomi yang tinggi.
Anak laki-laki yang tergabung dalam tim sekolah, dalam olahraga yang bergengsi, maka mereka menyatakan dirinya termasuk orang yang penting dalam kelompok sekolah.
Karena berkembang atau hampir menjadi dewasa mempunyai arti yang besar bagi semua remaja, mereka cenderung melibatkan diri dalam "kenikmatan tabu" seperti seks bebas, merokok, minum-minuman keras, obat-obaton.


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Masa remaja sangat dipengaruhi oleh kelompok sosialnya. Standard kelompok sosial dijadikan dasar konsep remaja mengenai kepribadian "ideal". Namun banyak kegagalan dalam mencapai kepribadian yang ideal, karena:
1.Pola kepribadian yang sudah dibentuk sejak anak-anak sudah mulai stabil, dan cenderung menetap. Perubahan yang terjadi dengan bertambahnya usia, lebih bersifat kuantitatif.
Remaja memperkuat sifat yang diinginkan, dan memperlemah yang tidak diinginkan.

2.Kondisi lingkungan yang mempengaruhi konsep diri (inti dari pola kepribadian) Sering tidak terkendali.
Beberapa Kondisi yang Mempengaruhi Konsep diri Remaja:
1. Usia Kematangan
•Remaja yang cepat matang, yang diperlakukan seperti orang hampir dewasa, maka akan mempunyai penyesuaian diri yang baik.
• Remaja yang lambat matang, yang diperlakukan seperti anak-anak, maka akan mempunyai penyesuaian diri yang kurang baik.

2. Penampilan Diri
• Penampilan diri menarik, akan mendapatkan penilaian yang baik juga dari lingkungan, sehingga membentuk konsep diri yang bagus dan menambah dukungan sosial.
• Penampilan diri berbeda, akan mendapatkan penilaian yang kurang baik dari lingkungan yang mengakibatkon rasa rendah diri.

3. Nama dan Julukan
Remaja akan malu kalau teman sekelompoknya menilai namanya buruk atau mendapatkan julukan yang bernada cemoohan.

4 Kepatutan Seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya.

5 Hubungan keluarga
Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang baik dengan salah satu anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Kalau mempunyai jenis kelamin yang sama, remaja akan tertolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis kelaminnya.

6. Teman Sebaya
• Konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan kelompok tentang dirinya.
• Mengembangkon ciri kepribadian yang diakui kelompoknya.

7. Kreativitas
• Remaja yang semasa anak-anak didorong agar kreatif, akan mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberi pengaruh baik pada konsep dirinya.
• Remaja yang masa anak-anak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.

8. Cita-cita
• Cita-cita realistis, remaja berhasil, akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasaan sehingga terciptalah konsep diri yang baik.
• Cita-cita tidak realistis, remaja mendapatkon kegagalan, membuat remaja merasa tidak mampu dan selalu menyalahkan sebab kegagalan (diri dan lingkungan).

Usaha Memperbaiki Kepribadian:
1.Menentukan ideal yang realistik yang mungkin tercapai
2.Dapat menilai kelebihan-dan kekurangan diri
3.Harus mempunyai konsep diri yang stabil
4.Harus merasa puas dengan hol-hal yang telah dicapai dan memperbaiki kekurangan.


PERILAKU SEKS DAN PERAN SEKS

Untuk menguasai tugas perkembangan yang penting dalam pembentukan hubungan­hubungan baru dan yang lebih matang dengan Lawan jenis, dan dalam memainkan peran yang tepat dengan seksnya, kawula muda harus memperoleh konsep yang dimiliki ketika masih anak-anak.

Tugas perkembangan pertama yang berhubungan dengan seks yang harus dikuasai adalah pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan Lawan jenis. Ketika remaja secara seksual sudah matang, laki-laki maupun perempuan mulai mengembangkan sikap yang baru pada lawan jenisnya, dan juga mengembangkan minat pada berbagai kegiatan yang melibatkan laki-laki dan perempuan.

Alasan mengapa remaja mau berkencan:
1. Hiburan
Kencan yang maksudnya untuk hiburan adalah berkencan yang hanya menginginkan pasangannya mempunyai keterampilan sosial yang dianggap penting oleh teman sebayanya, seperti mempunyai mobil, uang, dll.

2. Sosialisasi
Pasangan harus mau mengikuti kegiatan sosial dan mempunyai keterampilan sosial, waktu, uang, dan kemandirian yang diperlukan untuk berpartisipasi.

3. Status
Berkencan merupakan status dalam kelompok sebaya. Semakin populer pasangan kencan di dalam kelompoknya, maka akan lebih menguntungkan bagi remaja.

4. Masa Pacaran


5. Pemilihan Teman Hidup
Yang ditekankan adalah penyesuaian minat, temperamen dan cara-cara mengungkapkan kasih sayang.


Perubahan perilaku seksual tampak menonjol, namun perubahan sikap seksual lebih menonjol lagi. Ada 4 sikap terhadap perilaku seksual:

1. Perilaku seksual tidak boleh dilakukan
2. Pada masa dulu laki-laki tidak mau menghargai perempuan yang telah melakukan hubungan seksual pranikah. Tapi pada zaman sekarang, laki-laki tidak lagi mementingkan keperawanan.
3. Hubungan seks sebelum menikah dianggap “benar" apabila terlibat saling mencintai dan saling terikat. Senggama yang disertai kasih sayang lebih diterima daripada bercumbu sekedar melepas hawa nafsu.
4. Remaja menganggap bahwa ungkapan cinta, apapun bentuknya adalah baik sejauh kedua pasangan remaja saling tertarik.

Perilaku Seksual
adalah Segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan Lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk tingkah lakunya bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam hayalan atau diri sendiri.

Dampak dari perilaku seksual
Perasaan bersalah, depresi, marah
Akibat psikososial: ketegangan mental, kebingungan akan peran sosial yang tiba tiba berubah jika hamil, terjadi cemoohan, penolakan masyarakat.
Berkembangnya penyakit kelamin, seperti Gonorhoea (kencing nonah)

Mengapa sangat banyak orang melakukan seks pranikah ini?

1. Faktor Agama, Yaitu merosotnya kepercayaan pada agama. Ada penelitian yang mengatakan bahwa faktor agama ini juga tidak mempengaruhi remaja melakukan seks pranikah.
2. Keluarga Berencana
Diberlakukannya program KB di suatu daerah, khususnya dengan beredarnya alat-alat kontrasepsi, akan merangsang remaja untuk melakukan hubungan seksual.

Secara lebih rinci, faktor penyebab perilaku seksual pranikah adalah:

1. Meningkatnya libido seksualitas
Seorang remaja menghadapi tugas perkembangan sehubungan dengan perubahan fisik dan peran sosial yang sedang terjadi pada dirinya. Tugas perkembangan itu antara lain menerima kondisi fisiknya, menerima peranan seksual masing-masing dan mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
Menurut Freud, energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. Sedangkan menurut Anna Freud, fokus utama dari energi seksual adalah perasaan di sekitar alat kelamin, objek seksual dan tujuan seksual.

2. Penundaan Usia Perkawinan
Di daerah pedesaan, remaja yang masih berusia di bawah umur sudah menikah. Biasanya hanya ditandai dengan telah haid, bahkan tidak karena alasan itu saja, bisa saja karena masalah hutang piutang, gagal panen, dll.
Berbeda dengan remaja putri yang tinggal di kota. Mereka lebih memikirkan sekolah atau pendidikan, apalagi ditambah dengan program KB. Hal ini akan menghambat keinginan remaja untuk menikah sehingga mereka melakukan seks pranikah ini.

3. Tabu Atau Larangan
Tidak maunya guru atau orang tua menjelaskan tentang seks pranikah ini. Apalagi kalau ada pertanyaan dari anak mengenai seks ini, maka kebanyakan orang tua dan guru tidak mau menjawab secara jujur, bahkan jawaban dari orang tua cenderung bohong.

Ditinjau dari Psikoanalisa, dorongan seksual ini ada dalam "id". Dorongan naluri seksual ini bertentangan dengan moral yang terletak di "super ego", sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk tingkah laku terbuka. Karena itu remaja tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sulit untuk diajak berdiskusi, sehinggo tabu ini mempersulit komunikasi.

4. Kurangnya informasi tentang seks
Karena mentabukan untuk menceritakan tentang seks, membuat remaja menjadi tidak mengerti dengan seks itu sendiri, tapi juga tidak membuat remaja itu tidak melakukan seks pranikah. Berdasarkan penelitian, remaja yang mempunyai pacar, biasanya hanya butuh waktu 6 bulan untuk mengenal pasangannya secara intim, setelah itu mereka sudah berani untuk melakukan seks pranikah.

5. Pergaulan yang makin bebas
Bebasnya pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak saja untuk pasangan yang berpacaran, tapi juga remaja putri dan laki-laki yang hanya berteman saja sudah berani melakukan pegangan tangan, dll.

Nilai Seksual Pada Pria dan Wanita

1. Laki-laki lebih cenderung daripada wanita untuk menyatakan bahwa mereka sudah berhubungan seks dan sudah aktif berperilaku seksual
2. Remaja putri menghubungkan seks dengan cinta. Alasan mereka untuk berhubungan seks adalah cinta.
3. Sebagian besar dari hubungan seks remaja diawali dengan agresivitas pada remaja pria dan selanjutnya remaja putrilah yang menentukan sampai batas mana agresivitas pria itu dapat dipenuhi.
4. Remaja pria cenderung menekan dan memaksa remaja putri untuk berhubungan seks, tapi ia tidak merasa memaksa.

Jenis Gangguan Seksual Pada Umumnya

1. Gangguan Identitas jenis
Merupakan ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang.
Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian, anak laki-laki suka main boneka, anak perempuan suka main sepak bola, ucapan, maupun objek seksualnya)

2. Parafilia (Deviasi Seksual)
Parafilia (Paraphilia) diambil dari bahasa Yunani, “Para” yang artinya “pada sisi lain”, dan “philos” artinya “mencintai”.
Pada Parafilia, orang menunjukkan keterangsangan seksual (mencintai) sebagai respon terhadap stimulus yang tidak biasa. Menurut DSM IV, parafilia melibatkan dorongan dan fantasi seksual yang berulang dan kuat yang bertahan selama 6 bulan atau lebih yang berpusat pada :

a. Objek bukan manusia seperti pakaian dalam, sepatu, kulit atau sutra
b. Perasaan merendahkan atau menyakiti diri sendiri atau pasangannya, atau
c. anak-anak dan orang lain yang tidak dapat atau tidak mampu memberikan persetujuan

A. Eksibisionisme (Exibitionism)
Melibatkan dorongan kuat dan berulang untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan memamerkan alat kelaminnya pada orang yang tidak dikenal yang tidak menduganya.

B. Fetishisme
Dorongan seksual yang kuat dan berulang serta membangkitkan fantasi yang melibatkan objek tidak hidup, seperti bagian tertentu dari pakaian ( stoking, sepatu boot, sarung tangan, perlengkpan toilet, celana dalam)

C. Fetishisme Transvestik (Transvestisme)
Ciri utama dari fetishisme transvestik adalah dorongan yang kuat dan berulang serta fantasi yang berhubungan yang melibatkan memakai pakaian lawan jenis dengan tujuan untuk mendapatkan rangsangan seksual.

D. Voyeurisme
Mengintip orang telanjang, membuka pakaian atau melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuannya dan tidak ada upaya lanjut untuk melakukan aktivitas seksual dengan orang yang diintip

E. Pedofilia (Pedophilia)
Dorongan seksual yang kuat dan berulang serta adanya fantasi terkait yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak prapubertas.

F. Masokisme Seksual
Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina, dipukul atau dicambuk serta penderitaan lainnya.

G. Sadisme Seksual
Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan rasa sakit atau penderitaan psikologis (seperti mempermalukan) atau fisik yang bisa berakibat cedera ringan sampai kematian

Bentuk Parafilia lainnya seperti:
- bicara kotor di telefon (skatolagia telpon)
- Nekrofilia (dorongan seksual atau fantasi yang melibatkan kontak seksual dengan mayat)
- Zoofilia (dorongan seksual atau fantasi yang melibatkan kontak seksual dengan binatang)
- Rangsangan seksual yang terkait dengan kotoran manusia (Koprofilia), dengan air seni (urofilia)


3. Disfungsi Psikoseksual
Ganqquan utama dari disfungsi psikoseksual adalah terdapat hambatan pada selera (minat) seksual
. Hambatan selera seksual
Sukar atau tidak bisa timbul minat seksual sama sekali secara menetap dan meresap.
Hambatan Gairah seksual
Pada laki-laki, gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitas seksual (impotensia) Pada Perempuan, gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina sehingga akhir dari aktivitas seksual (frigiditas)

Hambatan Orgasme Wanita

Hambatan Orgasme Pria

Ejakulasi Prematur
Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual.

Dispareunia Fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin sewaktu senggama, baik pria moupun wanita.

Vaginisme Fungsional
Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga menghalangi senggama.
Disfungsi Psikoseksual Tidak Khas
Disfungsi psikoseksual lain yang tidak tergolong di atas, misalnya anestesia (mati rasa) pada alat kelamin walaupun terjadi kegairahan seksual dan orgasme.

4. Gangguan Psikoseksual lainnya
Homoseksual ini tidak diketahui mengapa bisa terjadi. Ada sebagian orang menerima keadaan dirinya dan hidup dengan senang, ada sebagian lain yang tidak bisa menerima keadaan dirinya atau merasa dirinya tidak sesuai dengan norma-norma dalam mosyarakat, sehingga mereka menjadi konflik. Konflik batin antara kecendrungan untuk menekan dorongan seksual dan keinginan untuk menyalurkannya dengan resiko ditolak masyarakat, bukan disebabkan oleh homoseksualitas itu tapi oleh sikap negatif masyarakat yang tidak semestinya, sehingga yang harus diubah adalah sikap masyarakat melalui penerangan dan pendidikan.

Pertemuan XII (Tanggal 3 Juni 2009)

PERKEMBANGAN MORAL DAN RELIGI

Moral :
Ukuran baik-buruk yang ditentukan oleh nilai-nilai budaya, meliputi adat istiadat, kebiasaan, cara atau pola tingkah laku yang sesuai dengan standard kelompok.

Individu yang bermoral adalah:
Individu yang mampu menyesuaikan diri atau mentaati peraturan-peraturan dalam masyarakat.

Bagaimana Individu mengetahui konsep moral?

Dengan interaksi dengan lingkungan melalui feed back correction, yang meliputi:
- teguran
- larangan
- hukuman
- pujian
- persetujuan tingkah laku
- pembenaran tingkah laku
- kecaman

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Moral Pada Remaja
1. Faktor Individu
Yang berhubungan dengan penerimaan “rangsang" dari lingkungan

Penerimaan Positif
Adanya perasaan dalam diri, bahwa nilai-nilai moral berguna bagi diri dalam mentaati aturan.

Penerimaan Negatif
a. Menganggap nilai-nilai moral sebagai beban
b. Merasa terkekang
c. Merasa nilai-nilai moral sebagai penghalang kebebasannya

2. Faktor Lingkungan
a. Orang Tua atau Orang dewasa Lainnya
Peranannya bisa positif atau negatif
Peranan positif, dalam memberikan pendidikan agama dan disiplin, yaitu:
Mendidik dalam pengertian konsep-konsep moral
Reward, bagi tingkah laku yang benar
Hukuman, bagi tingkah laku yang tidak dibenarkan
Konsistensi dalam aturan

Peranan Negatif: Bila penerapan disiplin tidak konsisten

Hukuman yang Efektif:

- Sesuai dengan kesalahan
- Jelas dan konsisten
- Sesuai dengan usia
- Bersifat konstruktif
- Meningkatkan kontrol diri
- Tidak menimbulkan ketakutan
- Tidak menambah beban

Metode Disiplin
Otoriter
Aturan yang kaku dari orang tua

Permissive
Bebas tidak terbatas dan tidak ada larangan

Demokratis
Mempersiapkan remaja untuk mampu mengembangkan diri dalam mendisiplinkan dirinya.

b. Lingkungan sekolah dan teman sebaya, pengaruhnya lebih besar

c. Media cetak dan elektronik, pengaruhnya ada yang positif dan negatif
Perubahan Moral Remaja Perubahan moral mencapai moralitas yang lebih matang.
1. Piaget
Perkembangan kognisi mencapai formal operational
Mampu mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan, dalam menyelesaikan masalah
Dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan hipotesis

2. Kohlberg
Perkembangan moral mencapai tahap moralitas Pasca konvensional, yaitu menerima dan mampu menyesuaikan diri dengan standard sosial yang berlaku.


Tugas Pokok
Menggantikan konsep moral khusus ke konsep moral umum tentang benar salah. Tergantung pada penerapan disiplin dan bimbingan

Merumuskan konsep moral yang baru ke dalam kode moral sebagai pedoman perilaku. Remaja, tidak mau menerima saja kode moral dari orang tua, guru bahkan teman sebaya. Tapi dia ingin membuat kode moral sendiri berdasarkan konsep benar salah yang telah dia ketahui sesuai dengan kematangannya. Misal : dalam hal berbohong dan menyontek

Bagi anak yang lebih besar, berbohong merupakan hal yang buruk. Tapi, bagi remaja, berbohong untuk menghindari kemungkinan menyakitkan hati orang lain kadang-kadang dibenarkan.

Dalam hal menyontek, karena sudah berlaku umum, maka teman-teman akan memaafkan perbuatan itu, bahkan membenarkan perbuatan mencontek karena selalu ditekan untuk mendapatkan nilai yang baik agar diterima di sekolah yang bagus.

Hal inilah yang menjadi remaja tidak menerima kode moral tersebut dari orang dewasa. Menyontek dan berbohong adalah perbuatan yang benar-benar tidak bermoral, tapi karena remaja tidak mengindahkan itu, maka remaja mau saja melakukan itu.

3. Pengendalian perilaku berdasarkan peran suara hati muncul motivasi untuk memperbaiki kesalahan
Misal: Anak  salah akan di hukum dan akan takut
Remaja  salah akan dihukum dan akan dijadikan motivasi

Hambatan-hambatan Dalam Mengembangkan Kedewasaan Moral

1. Persiapan untuk membuat keputusan moral (moral judgement)
Remaja yang berasal dari keluarga demokratis akan lebih baik dibandingkan dengan yang berasal dari keluarga otoriter dan permissive, karena akan dipersiapkan untuk mengambil pertimbangan atau keputusan moral.

2. Banyaknya tuntutan moral pada masa remaja
Belajar menuruti aturan-aturan atau hukum, dianggap menyulitkan remaja

3. Konflik dalam nilai-nilai moral
Norma moral antara kelompok sering berbeda, sehingga menimbulkan konflik. Misalnya: kelompok jenis kelamin, kelompok status sosial, kelompok agama.

4. Tekanan dari kelompok teman sebaya
Adanya perbedaan standard moral orang tua dan masyarakat dengan standard moral teman sebaya.

Transisi Moral akan Berhasil sehingga Mencapai Kematangan Moral Bila:
Remaja mampu merubah sikap dan nilai-nilai konsep marahnya sehingga dapat menemukan tuntutan-tuntutan yang lebih matang dari masyarakat dewasa.

2. Remaja harus mampu mengontrol perilakunya sehingga pengontrolan dari luar tidak diperlukan.

Ketidaksesuaian pengetahuan moral dengan perilaku, Menurut Crow & Crow disebabkan oleh:
1. Tekanan dari teman kelompoknya
Ingin diterima kelompok mengikuti norma kelompok
Terjadi konflik nilai moral yang dimiliki

2 Kebingungan
Karena perbedaan nilai moral orang tua berbeda dengan nilai moral kelompok

3. Kebutuhan Kebebasan
Keinginan diperlakukan sebagai orang dewasa menyebabkan penolakan aturan atau terhadap otoritas

4. Keputusan yang Bersifat Emosional
Bila suatu tujuan begitu pentingnya bagi remaja, sering mereka berani mengorbankan kepercayaan-kepercayaan moral mereka untuk mencapai tujuan

5. Dorongan yang kuat yang tidak dapat dikontrol
Adanya dorongan yang ingin dipuaskan, tapi mendapat penolakan dari lingkungan sosial namun remaja tidak tahu cara yang baik, terjadi pelanggaran moral (usia 13-14 tahun) dan kenakalan remaja.


PERBEDAAN MORAL DAN RELIGI

Religi adalah:
Kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini yang merupakan sebagian dari moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang tidak baik perlu dihindari.

Agama juga mengatur tingkah laku baik dan buruk, maka secara psikologik agama ini termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain

Aliran Psikoanalisa tidak membedakan antara norma, moral dan nilai. Semua konsep itu menurut Sigmund Freud termasuk dalam super ego. Super ego adalah bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat.

Tingkah laku manusia yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi tersendiri buat pelanggarnya. Kontrol masyarakat itu adalah:

1. Folkways
Tingkah laku yang lazim, misalnya makan dengan tangan kanan, bekerja atau bersekolah, dsb.

2. Mores (moral)
Tingkah laku yang sebaiknya dilakukan, misalnya mengucapkan terimakasih atas jasa seseorang, atau memberikan salam pada waktu berjumpa
3. Law (hukum)
Tingkah laku yang harus dilakukan atau dihindari, misalnya tidak boleh mencuri, harus membayar hutang.

Mores tidak mempunyai sanksi seketat hukum, tapi mores merupakan dasar dari moral dan menjadi tolak ukur dalam kita menilai seseorang.

Di Indanesia, salah satu mores yang penting adalah agama, karena agama mewarnai kehidupan masyarakat setiap hari. Tidak saja dalam peringatan hari-hari besar agama atau upacara-upacara, tetapi juga dalam tingkah laku bisa seperti memberi salam waktu berjumpa atau mengawali pidato sambutan.

Pertemuan XI (Perkembangan Emosi Pada Masa Remaja)

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai masa "storm and stress" / "badai dan tekanan", yaitu suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.

Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan. Bila kisah cinta berjalan lancar, remaja menjadi bahagia, tetapi mereka menjadi sedih bilamana percintaan kurang lancar. Demikian juga menjelang berakhirnya masa sekolah para remaja mulai mengkhawatirkan masa depan mereka.

Pada masa remaja terjadi peningkatan emosi, dimana remaja menjadi:

Tidak aman
Timbul ketegangan
Tidak dapat menyesuaikan diri
Berperilaku impulsif
Bermasalah pada diri maupun lingkungan

Sehingga seringkali masa ini merupakan UNHAPPY AGE.


Peningkatan emosi terjadi pada awal remaja usia 11-12 tahun dan berakhir masa anak sampai dengan akhir early adult.

Menurun kembali pada usia 16 tahun, dan pada akhir remaja (17-18 tahun) meningkat kembali di dalam hubungan dengan level of aspiration menuju sekolah.

Sebab-sebab Peningkatan Emosi

Peningkatan emosi terjadi sebagai akibat adanya masalah-masalah sosial, dimana lingkungan sosial lebih mendorong peningkatan emosi individu, yaitu:

Penyesuaian pada lingkungan baru
Harapan sosial untuk lebih bertingkah laku lebih matang
Aspirasi yang tidak realistik
Penyesuaian diri dengan lawan jenis kelamin
Masalah sekolah dan pekerjaan
Hubungan keluarga yang tidak harmonis

Pola Emosi Pada Masa Remaja
1. Amarah
Adanya perlakuan-perlakuan yang tidak sesuai dengan keinginannya akan menyebabkan individu merasa marah. Perlakuan itu seperti menganggap "masih kecil", merasa "tidak ditemukannya keadilan", dll.
Ungkapan marahnya tidak seperti anak kecil yang meledak-ledak, tapi lebih memperlihatkannya dengan menggerutu, diam, atau bahkan mengkritik langsung dengan suara yang lantang.

2. Takut
Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan ketakutan. Kebanyakan remaja menghindar atau lari dari rasa ketakutan itu.

3. Cemburu
Remaja akan merasa cemburu juga kalau perhatian orang tua atau orang lain tidak kepada dirinya, melainkan lebih memperhatikan orang lain.

4. Ingin tahu
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terutama kepada lingkungan. Beda dengan masa anak, kalau anak memiliki rasa ingin tahu mengenai tubuhnya atau dirinya sendiri. Rasa ingin tahu yang tinggi ini kalau tidak dibarengi dengan pengetahuan, maka akan menimbulkan hal yang negatif nantinya untuk anak.

5. Iri hati
Merasa iri dengan apa yang dipunyai oleh temannya. Biasanya anak hanya bisa mengeluh. Kalau remaja, perasaan itu nantinya membuat dia ingin mendapatkannya dengan mencari kerja sambilan, sehingga dia mendapatkan uang. Dan tidak jarang, nantinya remaja itu bisa berhenti sekolah karena sudah bisa menghasilkan uang.

6. Gembira
Remaja akan merasa gembira kalau apa yang dia inginkan dapat dia capai dan dia lakukan.

7. Sedih
Remaja akan merasa sedih kalau kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintainya. Remaja biasanya mengungkapkannya dengan sedih atau kompensasi kemakanan.

8. Kasih sayang
Remaja sudah mau belajar mencintai orang, benda atau binatang yang menyenangkan. Biasanya sudah bisa diungkapkan langsung secara lisan oleh remaja.

Bentuk-bentuk Emosi
1. emosi yang menyenangkan
Perasaan senang, bahagia, kasih sayang, cinta
2. emosi yang tidak menyenangkan
Takut, cemas, sedih, kesal, kecewa, frustrasi, marah.

Jenis-Jenis Emosi Menurut W.Wundt (1832-1920)
Ada 3 pasang kutub emosi

Lust - Unlust (senang - tidak senang)
Spannung - Losung (tegang - tidak tegang)
Erregung - Berubigung (semangat - tenang)

Seorang melihat harimau, keadaan emosinya unlust,spannung, erregung.
Seorang mahasiswa yang lulus: lust, losung, berubigung


Emosi yang banyak terjadi pada saat remaja, biasanya dikenal dengan emosi yang menggebu-gebu. di satu pihak, emosi yang menggebu-gebu ini sangat menyulitkan terutama bagi guru dan orang tua. Tapi, di pihak lain, emosi seperti ini bermanfaat untuk remaja. remaja itu terus mencari identitas dirinya.

Emosi ini disebabkan oleh konflik peran yang sedang dialami remaja. Ia ingin bebas, tapi masih tergantung pada orang tua. Ingin dianggap dewasa, sementara masih diperlakukan seperti anak kecil. Dengan adanya emosi itu remaja secara sertahap mencari jalannya menuju kedewasaan, karena reaksi orang-orang di sekitarnya terhadap emosinya akan menyebabkan si remaja belajar dari pengalaman untuk mengambil langkah-langkah yang terbaik

Kematangan Emosi

Kriterianya
1. Dapat menginterpretasikan rangsang-rangsang emosi dari lingkungan remaja seharusnya sudah dapat menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang. Dengan begitu remaja mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati yang lain.

Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menilbulkan reaksi emosional. Caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Karena keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial.

2, Dapat mengontrol reaksi-reaksi emosi pada rangsangan emosional. Untuk mencapai kematangan ini digunakanlah katarsis emosi. Katarsis emosi itu seperti melakukan latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis.
PERKEMBANGAN SOSIAL MASA REMAJA
Sosialisasi : bertingkah laku sesuai dengan harapan kelompok sosial

Perilaku Sosial:
1. perilaku yang sesuai dengan harapan sosial (kriteria remaja sosial)
2. Asosial
3. Anti Sosial

Kriteria Remaja Sosial
Perilaku sesuai dengan standar sosial yang telah ditentukan
Memegang peran sosial dengan yang telah ditentukan oleh kelompok. Misal, siswa berperan sebagai siswa layaknya
Sikap sosial yang mengarah kepada perilaku yang dibenarkan berarti memiliki minat sosial yang baik
4. Dengan perilaku sosial tersebut individu mempunyai kepuasan pribadi


Sosialisasi Yang Baik:
Bila individu dapat aktif melakukan aktivitas sosial, sesuai dengan norma yang berlaku.

Kegunaan Sosialisasi:
Mengurangi ketegangan sosial, akibat hubungan yang kurang baik dengan orang tua. Misalnya dengan mencari teman sebaya, dapat menimbulkan rasa aman.
Untuk melakukan berbagai kegiatan dengan kelompok sosial

Perubahan Sosialisasi

Transisi
Anak Remaja
Lingkungan Sosial Lingkungan Sosial
- orang tua
- keluarga - teman sebaya

Hal yang Penting dalam Sosialisasi Remaja
1. Penyesuaian diri dengan teman sebaya
Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-temannya, maka dapat di pahami pengaruh dari teman sebaya itu dapat mempengaruhi sikap, pembicaraan, minat, penampilan daripada pengaruh keluarga.
Misalnya, bila berpakaian sesuai dengan anggota kelompok yang lain, maka akan cepat diterima sebagai anggota kelompok. Begitu juga misalnya dengan anak laki-laki. Ingin bergabung dengan kelompok lain dengan merokok, minum beralkohol, dll.


2. Perubahan dalam perilaku sosial (terutama dengan Lawan jenis)
Dalam waktu yang singkat, remaja mengadakan perubahan yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman, menjadi lebih banyak menyukai lawan jenisnya dari pada sesama jenis. Pada masa itu, kegiatan sosial sangat Sering dilakukan sehingga membuat remaja mempunyai kesempatan dalam memperbaiki wawasan sosial. Remaja dapat menilai teman-temannya dengan lebih baik, sehingga penyesuaian diri dalam situasi sosial sertambah baik dan pertengkaran menjadi berkurang.


3. Pengelompokan sosial yang baru (bermain pada masa anak beralih ke kegiatan lain).
Biasanya pada masa anak-anak, hal yang terpenting yang dilakukan adalah bermain. Tetapi, masa remaja ini, sudah terjadi perubahan minat, dan tergantung pada kelompok bermain. Kelompok yang terlalu banyak anggotanya, akan cenderung bubar apabila remaja tersebut mempunyai pekerjaan karena dalam dunia kerja, mereka mendapatkan lingkungan yang individu, kecuali kalau remaja itu setelah selesai di SMU belum mendapatkan pekerjaan dan masih tetap bertemu dengan teman-temannya,maka ada kemungkinan untuk selalu tetap bermain.


4. Nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan (tergantung minat)
Pada masa remaja,, menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya rasa aman, dan teman yang dapat dipercaya, yang dapat diajak berbicara. Minat terhadap Lawan jenis sertambah besar sehingga remaja seringkali lebih menyukai Lawan jenis sebagai teman meskipun tetap masih melanjutkan persahabatan dengan beberapa teman sejenis.


Pada masa remaja ini popularitas juga sangat diperlukan. Tetapi, semakin bertambahnya usia, remaja lebih memilih jenis teman dari pada jumlah teman. Remaja lebih ingin memilih teman sendiri tanpa mau ikut campur dari orang dewasa. Tetapi dengan remaja memilih teman sendiri, banyak terjadi masalah seperti tidak sesuainya sifat atau karakter teman itu dengan kita, sehingga menimbulkan permasalahan. Kadangkala remaja cenderung kritis terhadap teman­teman yang tidak memenuhi standar mereka dan berusaha memperbaiki teman-temannya. Akibatnya, banyak teman yang menjauh dan menghindar.


5. Nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial (tuntutan sosial)
Remaja dituntut untuk bisa berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial sehingga mereka dapat diterima dalam lingkungan sosial.


6. Nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin
Remaja menginginkan pemimpin yang berkemampuan tinggi sehingga dapat dikagumi dan dihormati oleh orang lain dan menimbulkan keberuntungan untuk anggota kelompoknya.


Remaja mengharapkan pemimpinnya mempunyai sifat-sifat tertentu sesuai dengan tujuan kelompoknya. Seperti mempunyai fisik yang baik, kesehatan yang baik, remaja yang memperhatikan penampilan, akan mencari pemimpin yang menarik dan rapi. Ciri yang lain, mempunyai inteligensi diatas rata-rata, prestasi akademik yang baik dan tingkat kematangan di atas rata-rata. Biasanya yang menjadi pemimpin adalah orang yang dari kelas ekonomi menengah ke atas, dengan alasan bisa memberikan prestise dan kebanggaan untuk teman-temannya.

Faktor utama dari seorang pemimpin adalah kepribadian. Lebih bertanggungjawab ekstovert, bersemangat, emosinya stabil.

Pengelompokan Sosial Remaja
1. Sahabat (close friend)
Tidak banyak, hanya 2 atau 3 orang. Biasanya mempunyai jenis kelamin yang sama dan minat Serta kemampuan yang sama. Saling mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang-kadang saling bertengkar.
2. Kelompok kecil (cliques)
Terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada awalnya mempunyai jenis kelamin yang sama, tapi kemudian meluas ke jenis kelamin yang berbeda.


3. kelompok besar (crowd)
Terdiri dari kelompok kecil dan kelompok teman dekat dan berkembang dengan meningkatnya minat yaitu minat pada pesta dan berkencan.
4. Kelompok terorganisasi (organized groups)
Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa yang biasanya dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat yang fungsinya untuk memenuhi kebutuhan sosial remaja. Kebanyakan remaja tidak betah karena merasa diatur dan berkurang minatnya.


5. Kelompok gang
Terdiri dari remaja-remaja yang merasa tidak puas dengan kelompok terorganisasi atau yang tidak termasuk kelompok besar. Biasanya terdiri dari anak-anak yang mempunyai minat utama yaitu menghadapi penolakan teman-teman melalui antisosial.

Nilai-Nilai Penerimaan Sosial
Reputasi
Penampilan
Perilaku Sosial
Kematangan Sosial
Kepribadian: Jujur, Setia, loyal
Status sosial ekonomi
Tempat tinggal

Penyesuaian Sosial Tergantung
1. Accepted Kelompok
Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang, dan gembira.
Reputasi sebagai seorang yang sportif dan menyenangkan
Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya.
Perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggungjawab, panjang akal, kesenangan bersama orang-orang lain, bijaksana dan sopan.


Matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemanan untuk mengikuti peraturan-peraturan.
Sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri
Status sosial ekonomi yang sama atau sedikit di atas anggota-anggota lain dalam kelompoknya dan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga
Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok


2. Aliensi Kelompok
Kesan pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan diri, yang mementingkan diri sendiri.
Terkenal sebagai seorang yang tidak sportif
Penampilan yang tidak sesuai dengan standar kelompok dalam hal daya tarik fisik atau tentang kepribadian
Perilaku sosial yang ditandai oleh perilaku menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerja sama dan kurang bijaksana


Kurangnya kematangan, terutama kelihatan dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayaan diri dan kebijaksanaan.
Sifat-sifat kepribadian yang menggannggu orang lain seperti mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah dan mudah marah
Status sosio ekonomis berada di bawah status sosio ekonomis kelompok dan hubungan yang buruk dengan anggota-anggota keluarga.
Tempat tinggal yang terpencil dari kelompok atau ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keklompok karena tanggungjawab keluarga atau karena bekerja sambilan.

Tugas Perkembangan dalam Bidang Sosial

Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya
Mencapai perilaku yang bertanggungjawab
Mengembangkan kemampuan intelektual untuk hidup sebagai warga negara
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya.
 

Penyesuaian Sosial

1. Conformist
Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
Dapat menerima nilai-nilai dan tidak pernah memberontak
Ex: sesuai terhadap pembaharuan (positif), apatis (negatif)


2. Non Conformist
Remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
Menolak beberapa atau seluruh nilai-nilai sosial dan pola-pola tingkah laku yang diterima.
Ex: Pemberontak


Hal-hal yang berpengaruh pada remaja non conformist:
Menolak atau tidak mematuhi aturan (pemberontak)
Menginginkan perbaikan dan mengubah pola perilaku yang lazim (pembaharu, aktifis)
Mengasingkan diri dari masyarakat (egocentric, individualis)

Kondisi-kondisi yang mendukung Non Conformist
1. Kematangan Fisik
Membuat remaja ingin bebas dan tidak mau terikat

2. Gap antar generasi
Adanya perbedaan nilai
Adanya perbedaan pola hidup
Adanya perbedaan modernisasi
Menimbulkan perselisihan:
Perhatian pada pendidikan
Memilih lapangan kerja
Sikap terhadap nilai-nilai (seks, dll)

3. Perguruan tinggi
Dapat bebas berpendapat
Perubahan sikap sebagai pengaruh teman mahasiswa yang berasal dari Lingkungan yang berbeda.

4. Lingkungan Rumah
Pola asuh orang tua membuat anak menjadi penurut atau pemberontak

5. Lingkungan Sekolah
Kondisi sekolah : Guru, pelajaran, metode belajar, aturan yang tidak sesuai

6. Teman Sebaya
Nilai yang berbeda antara kelompok sebaya dan orang tua
derajat penerimaan teman sebaya

7. Informasi Lingkungan (media masa)