Senin, 27 April 2009

Pertemuan VIII

Ada beberapa faktor yang menyebabkan makin panjangnya masa ini:
1. Makin maju sistem pendidikan, Dengan banyaknya pendidikan, perguruan tinggi, masa belajar bagi pemuda menjadi lebih lama, mereka berada dalam masa post adolescence tapi preadult.
2. Masa sekarang ini merupakan masa di mana perubahan perubahan sosial sangat cepat terjadi, hubungan individu dengan tradisi kebudayaan dan sosialnya menjadi tidak erat lagi. Ideologi dan sistem nilai yang dimiliki orangtuanya dianggap sudah tidak bisa dipakai lagi
Salah satu ciri dari masa ini adalah sikap ambivalen dalam hubungan antara dirinya dengan masyarakat.Ikatan dengan masyarakatnya belum terbentuk pasti. Mereka masih mencari-cari, sikapnya merupakan pemisahan dari masyarakat, tetapi belum berarti suatu penolakan terhadap masyarakat, akan tetapi masih bersikap belum berintegrasi dalam masyarakat. Prof. Dr. Rumke menyebut masa ini sebagai masa persiapan dan sementara.
Di lain pihak, di dalam diri pemuda-pemuda masa ini terjadi peningkatan dalam stabilitas. Ini terlihat dari sikapnya yang tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, dalam persahabatannya dengan teman-teman sejenis maupun lawan jenis, dalam minat-minatnya.
Dengan meningkatnya stabilitas, maka merekapun lebih berhasil dalam penyesuaian dirinya. Kehidupan perasaannya menjadi lebih tenang. Tidak lagi terlalu peka seperti pada masa remaja awal (early adalescence), dan lebih bisa mengendalikan ekspresi dari perasaan-perasaannya.
Sikap tidak realistis dari masa sebelumnya mulai berkurang. Mereka bisa menilai dirinya, keluarga dan teman-temannya, dan kehidupan umum secara lebih realistis. Dengan demikian mereka lebih merasa gembira dan lebih jarang menemukan kekecewaan dibandingkan masa sebelumnya.
Pada masa ini lingkungan sosialnya bertambah luas, akan tetapi kelompok teman-temannya menjadi lebih kecil. Berada dalam kelompoknya, ia tidak lagi puas dengan bersifat pasif, tetapi lebih menonjolkan pribadinya dan berusaha untuk menarik perhatian dari teman-temannya

2. R. M. Lerner
Masa Remaja dibagi menjadi:
1.Pre Pubescence
Perempuan : 10-11 tahun
Laki-laki : 12-13 tahun
2. Pubescence
Perempuan : 11-14 tahun
Laki-laki : 13-16 t1hun
3. Post Pubescence
Perempuan : 14-16 tahun
Laki-laki : 16-18 tahun
4. Post Pubescence to Adult
Perempuan : 16-18 tahun
Laki-laki : 18-20 tahun

3. Dr. Sarlito Wirawan
Masa remaja untuk masyarakat Indonesia adalah usia 11-24 tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan sebagai berikut:
 Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak

 Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut adat maupun agama (kriteria sosial)

 Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal untuk yang masih tergantung pada orang tua belum mendapat hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat atau tradisi), belum memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Kelompok ini banyak terjadi di Indonesia terutama pada golongan menengah ke atas

 Mulai ada tanda-tanda penyempurnaan pada perkembangan identitas diri (Erikson), Kognisi (Piaget), Moral (Kohlberg), dan Psikoseksual (Freud)


Tujuan Perkembangan
Tujuan dari perkembangan itu sendiri adalah untuk mencapai kedewasaan baik fisik maupun psikis.
•Kedewasan fisik
Berarti telah menyelesaikan masa pertumbuhannya

• Kedewasaan Psikis
Mampu bertanggung jawab terhadap perilakunya, serta interdependensi secara emosi, sosial dan ekonomi


Tugas Perkembangan
Adalah rangkaian tugas-tugas yang berupa kecakapan, keterampilan,
Pola-pola perilaku yang harus dipenuhi setiap individu pada tiap tahap kehidupan

Tugas Perkembangan Masa Remaja
1.Mencapai hubungan yang lebih matang dalam berhubungan dengan teman dari kedua jenis kelamin baik yang sebaya atau tidak. Tujuannya adalah untuk mengetahui hal ihwal lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.
2.Mencapai peran sosial yang matang sesuai dengan jenis kelamin
3.Menerima keadaan fisiknya sendiri dan memanfatkan keadaan tersebut secara efektif
4.Mencapai kemandirian secara emosi baik pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
5. Mencapai jaminan atau kemandirian ekonomi
6. Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan
7. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berumah tangga
8.Mengembangkan konsep-konsep dan kemampuan intelektual yang diperlukan untuk hidup di masyarakat
9.Mempunyai kemampuan dan kemauan bertingkah laku sosial dan bertanggung jawab
10.Mengembangkan sistem nilai dan etika sebagai pedoman bertingkah laku

Ciri-ciri/Karakteristik Masa Remaja
1.Masa remaja sebagai periode yang penting
Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, tetapi kadarnya berbeda-beda. Pada periode remaja ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Akibat fisik, misalnya mengalami perubahan dalam ciri-ciri baik yang primer maupun skunder. Sedangkan akibat psikologis, terjadinya krisis identitas, emosi yang kurang terkendali, dll

2. Masa remaja sebagai masa peralihan
Maksudnya di sini adalah terjadinya peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
Remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau ia berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk “bertindak sesuai umurnya” kalau ia berperilaku seperti orang dewasa, ia sering dituduh “sok dewasa”/”tua dari umur”, dan seringkali disindir berperilaku seperti orang dewasa.

3.Masa Remaja sebagai periode perubahan
Ada beberapa perubahan yang sama yang hampir bersifat umum, yaitu:
Meningginya emosi, yang terjadi biasanya di awal masa remaja dan menonjol pada akhir masa remaja.
Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dilakukan, yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah baru.

 Dengan berubahnya minat dan pola perilaku,maka nilai-nilai juga berubah. Kualitas lebih penting daripada kuantitas, maksudnya berprestasi lebih baik dari pada mencari teman.
 Dalam menghadapi perubahan ini, remaja pada umumnya bersifat ambivalen, maksudnya menginginkan adanya perubahan, tapi tidak berani bertanggung jawab akan akibat dari perubahan itu.

4. Masa Remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalah, tapi pada masa remaja ini ada kesulitan untuk mengatasi masalah yang dihadapi itu.
Kesulitan itu disebabkan karena pada masa anak-anak, apabila anak mendapat masalah, maka akan selalu dibantu oleh guru atau orang tua. Selain itu karena merasa diri sudah mandiri, remaja ingin mengatasi masalah sendiri tanpa minta bantuan dari orang tua atau guru.

5. Masa Remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia masih anak-anak atau seorang dewasa, apakah nanti ia akan dapat menjadi seorang suami atau ayah, apakah ia akan berhasil atau gagal.

6. Masa Remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan
Masyarakat yang mempunyai anggapan negatif terhadap remaja, membuat orang dewasa lainnya takut dalam bersikap terhadap remaja yang tidak sopan, tidak bertanggung jawab, tidak dapat dipercaya (remaja yang normal).
Apabila ada masyarakat yang beranggapan bahwa remaja itu tidak dapat dipercaya, menjadi perusak saja, maka hal itu akan membuat dampak yang tidak bagus terhadap si remaja itu sendiri

7. Masa Remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat sesuatu itu berdasarkan apa yang diinginkannya, bukan berdasarkan keadaan yang sebenarnya, terutama dalam hal cita-cita. Semakin tidak masuk akal cita-citanya, semakin meningkat emosinya, semakin remaja itu menjadi marah (ciri perkembangan yang pertama).
Dengan bertambahnya pengalaman, baik itu pengalaman pribadi ataupun sosial, maka semakin bisa kita berpikir secara rasional terhadap setiap masalah yang dihadapi

8.Masa Remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya remaja ke ambang masa ini, maka akan semakin membuat remaja itu menjadi gelisah. Biasanya, remaja merasa gelisah karena merasa kurang mampu atau kurang bisa untuk mencapai masa tersebut, sehingga remaja berperilaku yang sesuai dengan orang dewasa seperti merokok, minum alkohol, obat-obatan, seks bebas. Mereka beranggapan perilaku ini membuat orang melihat dia sebagai seorang yang dewasa.

Pertemuan VII Remaja

REMAJA
MASA REMAJA
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.
Remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Pada masa zaman purbakala, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
 Perbedaan Masa Remaja dengan Masa Pubertas
Masa Remaja
Ditandai dengan:
1. Kematangan Fisik
Yaitu: mempunyai bentuk badan dengan ciri khas dewasa
2. Kematangan seksual
Yaitu: organ-organ seksual sudah berfungsi dan dimungkinkan untuk mempunyai keturunan
3. Kematangan mental
Yaitu: kecerdasan, emosi dan kehidupan sosial mencapai perkembangan yang optimal

Masa Pubertas
1. Merupakan bagian dari masa remaja
2. Ditandai dengan kematangan fisik dan seksual
Istilah Adolescence mempunyai arti yang lebih luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Remaja menurut Hukum
Di Amerika serikat, individu dikatakan dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun.
Di Indonesi sendiri, konsep remaja tidak dikenal dalam sebagian undang-undang yang berlaku. Hukum Indonesia hanya mengenal anak-anak dan dewasa.
 Hukum Perdata
Batas usia 21 tahun (kurang dari 21 tahun asalkan sudah menikah) untuk menyatakan kedewasaan seseorang. Di bawah usia tersebut seseorang masih membutuhkan wali (orang tua) untuk melakukan tindakan hukum perdata (misalnya mendirikan perusahaan atau membuat perjanjian di hadapan pejabat hukum.
 Hukum Pidana
Anak-anak yang berusia kurang dari 18 tahun, masih menjadi tanggung jawab orang tuanya kalau ia melanggar hukum pidana. Tingkah laku mereka yang melanggar hukum (misalnya mencuri) belum disebut sebagai kejahatan (kriminal) melainkan hanya disebut sebagai “kenakalan”
Kalau kenakalan anak tersebut sudah membahayakan masyarakat dan patut dijatuhi hukuman oleh negara dan orang tuanya tidak mampu mendidik anak tersebut lebih lanjut, maka anak itu menjadi tanggung jawab negara dan dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan khusus anak-anak (di bawah Departemen Kehakiman) atau dimasukkan ke lembaga-lembaga rehabilitasi lainnya.
Jika usia seseorang sudah di atas 18 tahun, jika melakukan pelanggaran hukum pidana, akan dikenai sanksi hukum pidana (dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan)
 Beberapa Konsep Tentang Remaja
Stanley Hall
Masa remaja ditandai dengan kepribadian baru, sebagai akibat kematangan seksual. Disebut sebagai storm & stress, yaitu sebgai individu yang penuh gejolak emosi (frustrasi dan konflik)
 Jean Piaget
Secara psikologis, masa dewasa adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Terdapat perubahan-perubahan penting pada fungsi intelegensi (perkembangan aspek kognisi)
 Erik Erikson
Pada masa remaja terjadi penemuan “identitas diri” diawali dengan krisis identitas.
Krisis identitas
Biasa terjadi pada anak puber, mencari gambaran tentang dirinya. Selalu bertanya “siapa saya sebenarnya” “apa kelebihan dan kekurangan saya” “apa tujuan hidup saya”
Pertanyaan ini belum terjawab olehnya, ia belum memperoleh gambaran yang jelas mengenai dirinya

Ia belum mempunyai ego identitas sehingga selalu ragu-ragu dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Dalam hal ini penting sekali adanya identifikasi dengan model yang memadai (adequate), karena akan membantunya memiliki konsep diri (self concept) yang lebih jelas.
Dengan demikian ia lebih memiliki ketegasan dan ketegangannya berkurang
Bagi anak wanita lebih mudah mencari ego identitas. Peranan sebagai isteri dan sebagai ibu merupakan sesuatu yang penting dan alamiah. Ia tidak perlu memilih peranan lain bila ia tidak menghendaki.
Sebaliknya, anak laki-laki dalam masa pubertas belum memiliki gambaran yang jelas mengenai peranannya nanti, dan hal ini mengakibatkan ia lebih sulit memperoleh ego identitas yang jelas
 Anna Freud
Pada masa remaja terjadi perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan perubahan dalam cita-cita
Konsep dan Batasan Masa Remaja
Masa Remaja (adolescence) adalah: Masa transisi atau peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua aspek perkembangan yang dialami sebagai persiapan menuju dewasa.
 Batasan Masa Remaja
1. Hurlock
Masa remaja dibagi atas dua, yaitu:
a. Early adolescence (masa remaja awal), usia 13-17 tahun.
Masa ini seringkali dianggap masa“strom and stress”, masa yang penuh konflik dan frustrasi, masa yang mengharuskan penyesuaian diri yang lebih banyak, masa percintaan dan roman, dan masa pemisahan diri dari masyarakat dan kebudayaan orang dewasa

Dilihat dari sudut lain, masa ini sebagai masa remaja mencari dirinya sendiri, ditandai dengan hubungan yang erat dengan teman-teman dan pembentukan kelompok (gang), dengan menemukan nilai-nilai dan hal-hal yang ideal, dengan perkembangan kepribadian dan pembentukan identitas serta dengan mencapai status dewasa.
Para pakar kejiwaan sependapat bahwa pada masa ini memang sering menimbulkan banyak masalah dalam masyarakat. Ada yang menekankan pada:
 Fisiologis sebagai sebab dari timbulnya permasalahan itu, yaitu karena meningkatnya hormon seks dan perubahan- perubahan dalam struktur dan fungsi-fungsi tubuh,
 Faktor kebudayaan yang menimbulkan kesulitan pada masa ini, terutama tuntutan yang berat dari masyarakat terhadap para pemuda seperti tuntutan untuk mandiri, mempersiapkan diri pada pekerjaan.
Masa Adolescence berlangsung lebih lama. Mereka membutuhkan waktu yang lama sampai bisa menjadi mandiri. Sampai masa tersebut mereka masih tergantung pada orang tua secara finansial. Konflik sering timbul akibat dari ketidakpastian sikap orang tua dan masyarakat.
 Juvenile Delinquency
Istilah ini digunakan untuk anak-anak di bawah usia 16-17 tahun yang melakukan pelanggaran hukum.
Penelitian tentang juvenile delinquency menunjukkan bahwa perilaku anti sosial tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi sudah mulai terlihat sejak usia anak-anak.
Timbulnya juvenile delinquency tidak hanya disebabkan satu faktor saja, tetapi faktor penyebabnya ternyata banyak dan kompleks
Biasanya anak-anak nakal ini dipenuhi perasaan marah, perasaan memberontak atau curiga. Mereka merasa masyarakat tidak menerima dirinya, oleh karena itu mereka tidak merasa perlu untuk bersikap baik terhadap masyarakat.
Seringkali mereka berteman dengan kelompok pemuda yang mencari kesenangan dengan melakukan perilaku asosial. Untuk memperoleh status dalam kelompok itu, mereka melakukan perbuatan yang dikagumi kelompoknya.
Para remaja yang berasal dari keluarga kacau yang disebabkan perceraian, atau kematian orang tua atau ditinggalkan oleh ayah cenderung untuk menjadi deliquent

Perilaku anak nakal dapat digolongkan menjadi 4 kategori
1. Perilaku menyakiti diri sendiri atau orang lain, misalnya mencelakan atau menyerang orang lain, merusak diri sendiri dengan narkoba.
2. Merusak atau menyalahgunakan benda-benda, misalnya mencuri, merampok, memeras, membunuh dan sebagainya.
3. Menolak untuk taat kepada peraturan
4. Melakukan perilaku yang membahayakan diri sendiri atau orang lain seperti ngebut, pelanggaran seksual, membawa senjata api tanpa izin, membawa senjata tajam
Walaupun kasus anak-anak nakal sering terjadi diantara keluarga miskin yang hidup dalam lingkungan yang tidak teratur, atau yang mempunyai orang tua yang hidupnya kacau, namun tidak semua remaja yang berlatar belakang seperti tersebut menjadi nakal
Sebaliknya banyak juga remaja yang berasal dari keluarga mampu menjadi anak nakal. Faktor kepribadian remaja dan hubungan dengan orang tua sangat menentukan perkembangan delinquency.
Dibandingkan dengan anak non delinquent, anak delinquent lebih sulit menyesuaikan diri, lebih impulsif, kurang mempunyai kepercayaan diri, agresif, tidak bahagia, pemarah, kurang disenangi, kurang diterima oleh teman-temannya.
Sikap orang tua dari anak delinquent, biasanya kurang hangat, kurang memberikan kasih sayang, tidak perduli, bahkan kadang-kadang membenci, kurang memberikan pendidikan, keras dalam disiplin dan biasanya keluarga mereka kurang akrab.
b.Late Adolescence (Masa remaja akhir), usia 17-18 tahun

Merupakan masa antara akhir dari adolescence dan permulaan dari masa dewasa (adulthood), di mana mereka yang berada dalam masa ini sebenarnya sudah dewasa tetapi secara tradisionil dianggap belum dewasa.
Garis pemisah antara awal masa dan akhir masa remaja terletak kira-kira di sekitar usia 17 tahun, usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah atas. Ketika remaja duduk di kelas terakhir, biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada dia ambang pembatasan untuk memasuki dunia kerja orang dewasa, melanjutkan ke pendidikan tinggi atau menerima pelatihan kerja tertentu

Status di sekolah juga membuat remaja sadar akan tanggungjawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkan. Kesadaran akan status formal yang baru, baik di rumah maupun di sekolah, mendorong sebagian besar remaja untuk berperilaku lebih matang.
Mereka sudah melampaui krisis dari adalescence, tetapi belum memasuki dunia perkawinan, kekeluargaan dan pekerjaan yang merupakan ciri dari masyarakat dewasa yang normal.

Selasa, 07 April 2009

Pubertas (Pertemuan VI)

Pubertas (Puberty)

Pubertas berasal dari bahasa latin, yaitu pubus (bulu-bulu halus)

Masa Pubertas adalah:

Suatu masa di mana terjadi kematangan seksual yang menunjukkan organ-organ reproduksi mulai berfungsi (matang)

Batasan Usia

Menurut Hurlock, usia pubertas:

* Laki-laki : 12 – 16 Tahun

* Perempuan : 11 – 15/16 Tahun


Periode Pubertas

1. Pre pubertas

Awal pubertas, tumpang tindih dengan akhir masa anak-anak.

Ciri: Adanya perubahan fisik yang mulai berkembang, tetapi alat reproduksi belum matang

2. Usia anak Pubertas

Terdapat pada batas usia anak sampai remaja

Ciri: Alat reproduksi sudah mulai matang, tetapi perkembangan badan belum sempurna.

Biasanya ditandai dengan:

- Pada Wanita : Haid pertama

- Pada laki-laki : Wet dream

Biasanya dikatakan sebagai kriteria pubertas

3. Pasca Pubertas

Akhir pubertas : biasanya organ-organ seksual mulai matang dan berfungsi ciri-ciri kelamin sekunder (perubahan badan sudah berkembang)

Beberapa konsep tentang Pubertas

Aristoteles

Masa pubertas sebagai masa perubahan fisik:

Pada laki-laki:

- Terjadi perubahan suara

- Tumbuh bulu-bulu halus

Pada Wanita:

- Terjadi perubahan bentuk tubuh

- Terjadi menarche

Charlote Buhler

Terdapat perubahan tingkah laku yang tidak menyenangkan, yang diekspresikan sebagai:

  • perasaan tidak aman
  • Anti Sosial
  • Kebingungan

Yang bersamaan dengan kematangan seks.

Beberapa Perubahan Fisik

1. Ciri Kelamin Primer

Pada Laki-laki : Ditandai dengan wet dream

Pada wanita : Ditandai dengan menarche

Hal ini menentukan bahwa organ-organ seksual sudah mulai berfungsi. Pada saat ini sering timbul masalah bila tidak dipersiapkan lebih awal

2. Ciri Kelamin sekunder

Pada laki-laki : perkembangan fisik disertai tumbuhnya bulu-bulu

Pada Wanita : sama dengan laki-laki

Hal ini dapat menentukan wanita tampak feminim, laki-laki lebih maskulin

  • Dampak Psikologis Dari perubahan Fisik
  1. Perubahan yang cepat
  2. Persiapan
  3. Aspirasi
  4. Harapan Sosial

Mempengaruhi penerimaan perubahan fisik, karenanya sering berakibat pada keadaan fisik:

@ Sakit maag

@ Sakit kepala

Pada Perilaku:

@ Perilaku yang menyimpang


Karakteristik Masa Pubertas

1.Sebagai periode tumpang tindih (overlapping period)

karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja.

sampai anak matang secara seksual, anak dikenal sebagai “anak puber”. Setelah matang secara seksual, anak dikenal sebagai remaja.

2. Sebagai periode yang singkat

Dikatakan periode yang singkat karena berlangsung sekitar 2 sampai 4 tahun.

Anak yang mengalami masa puber selama dua tahun atau kurang, dianggap anak yang “cepat matang”, sedangkan yang membutuhkan waktu 3-4 tahun, dianggap anak yang “lambat matang”

Anak perempuan lebih cepat matang dari pada anak laki-laki.

3. Sebagai periode masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat

Periode yang lain adalah pada masa prenatal. Perubahan-perubahan yang pesat terjadi selama masa puber menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman, dan kebanyakan memperlihatkan perilaku yang kurang baik.

4. Sebagai masa negatif

Karena individu mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang

  • Akibat Perubahan Masa puber Pada Sikap dan Perilaku
  1. Ingin menyendiri

Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, anak-anak biasanya menarik diri dari teman-teman dan keluarga, sering bertengkar dengan teman-teman. Anak puber yang melamun karena merasa tidak dimengerti dan diperlakukan kurang baik, sering melakukan eksperimen seks melalui masturbasi

2. Bosan

Anak puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas sekolah, kegiatan sosial, dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya anak sedikit bekerja sehingga prestasi menurun.


3. Inkoordinasi

Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan, anak akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap

4. Antagonisme Sosial

Sering tidak mau bekerja sama, sering membantah dan menentang, sering membuat permusuhan antara laki-laki dan perempuan, yang keluar dalam bentuk komentar, kritikan yang merendahkan.

Setelah masa puber berjalan, anak akan menjadi lebih ramah, dapat bekerja sama dan lebih sabar

5. Emosi yang meninggi

Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecendrungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil, merupakan ciri-ciri bagian awal pubertas. Pada masa ini anak akan menjadi khawatir, gelisah, cepat marah

6. Hilangnya Kepercayaan Diri

Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dan karena kritikan yang datang dari orang tua maupun teman.


7. Terlalu sederhana

Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan anak menjadi sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang-orang lain akan memperhatikan perubahan yang dialaminya dan memberi komentar buruk.

Akibat Kematangan Yang Menyimpang

  1. Matang lebih awal Vs Matang terlambat
  2. Cepat matang Vs Lambat Matang



Keprihatinan umum akan kenormalan selama masa puber

Anak laki-laki

  1. Basah malam
  2. Ciri-ciri seks skunder
  3. Kurangnya minat terhadap anak perempuan

Anak Perempuan

  1. Haid
  2. Ciri-ciri seks skunder
  3. Kurangnya daya tarik seksual
  • Anak laki-laki dan anak perempuan

  1. Organ-organ seks
  2. Disproporsi tubuh
  3. Kecanggungan
  4. Usia kematangan
  5. Masturbasi

  • Bahaya Pada Masa Puber
  • Bahaya fisik

disebabkan kesalahan fungsi kelenjar endokrin yang mengendalikan pertumbuhan dan perubahan seksual seperti:

  1. Kekurangan hormon pertumbuhan
  2. Kurangnya hormon gonad
  3. Persediaan hormon gonad yang berlebihan --> Puberty precox
  • Bahaya psikologis
  1. Konsep diri yang kurang baik
  2. Prestasi rendah
  3. Kurangnya Persiapan Untuk menghadapi Perubahan Masa Puber
  4. Menerima tubuh yang berubah
  5. Menerima peran seks yang didukung secara seksual

Rabu, 01 April 2009

Sambungan Pertemuan 5

DISLEKSIA (DYSLEXIA)

Disleksia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada anak maupun dewasa yang seharusnya menunjukkan kemampuan dan motivasi untuk membaca secara fasih dan akurat.


Deteksi dini disleksia pada anak

Kesulitan membaca yang tidak diharapkan (kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat kepandaian dan tingkat pendidikan), selain itu terdapat masalah yang berhubungan dengan proses fonologik.


Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan belajar mengenal huruf) disertai dengan adanya riwayat keluarga yang menderita disleksia, menunjukkan faktor risiko yang bermakna untuk menderita disleksia.



Pada anak usia sekolah biasanya keluhan berupa kurangnya tampilan di sekolah tetapi sering orangtua dan guru tidak menyadari bahwa anak tersebut mengalami kesulitan membaca.

Biasanya anak akan terlihat terlambat berbicara, tidak belajar huruf di taman kanak-kanak dan tidak belajar membaca pada sekolah dasar

Penilaian membaca

Membaca dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP).

Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisa fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.


Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis kata. Tes yang digunakan adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test

Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test of World Reading Efficiency (TOWRE).


AUTISME

Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan sosial dan gangguan dalam perasaan sensoris.


Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri".

Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).


Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh.


PENYEBAB AUTISME
Kelebihan Opioid,
teori Gulten-Casein (celiac),
Genetik (heriditer), teori kolokistokinin,
teori oksitosin Dan Vasopressin,
teori metilation,
teori Imunitas,
teori Autoimun dan Alergi makanan,
teori Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein Basis dasar,
Teori Infeksi karena virus Vaksinasi,
teori Sekretin,
teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut),
teori paparan Aspartame,
teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein: Orphanin.


Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal meliputi:
* kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara.
* kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan.
* dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat.


*Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain ("bahasa planet").
*Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
* Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi dan imik datar

Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi:

* Gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka.
*Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli.
* Merasa tidak senang atau menolak dipeluk.
* Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.
* Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.

Gangguan dalam bermain diantaranya adalah:
* bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama.
*Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
*Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya

*Tidak spontan, refleks dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain.
*Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura.
*Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak.
*Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.


Gangguan perilaku dilihat dari gejala :
*sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya.
*Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah.
*Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang).
*Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding.



*Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong.
*Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang.
*Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat dari:
*perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata.
*Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
*Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain


Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi :
*Perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.
*Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja.
*Bila mendengar suara keras, menutup telinga.
* Menangis setiap kali dicuci rambutnya.
*Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu.
*Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.





DiagnosIs yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism yang disebabkan oleh adanya gangguan selain autis. Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.


DETEKSI DINI

1. DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN

Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di dunia masih juga belum mampu mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan. Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas kebutuhan untuk penelitian.

2. DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5 TAHUN

Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi. Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik. Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal yang utama bahwa semakin besar kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada anak ditemukan pada usia yang semakin muda

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia

USIA 0 - 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
Tidak "babbling"
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal



USIA 6 - 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak "babbling"
Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal


USIA 6 - 12 BULAN

Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair



USIA 2 - 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang sebagai "benda"
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong

USIA 4 - 5 TAHUN

Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif



ANAMNESA
Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-turun (bounced) di lutut?
Tertarik (memperhatilan) anak lain?
Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat tangga?
Bisa bermain cilukba, petak umpet?
Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain?




Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari ?
Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat ke sana ?
Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-balok) ?
Pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu ?

PENGAMATAN
Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan) pemeriksa?
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : "Lihat, itu. Ada bola (atau mainan lain)" Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk. Bukan melihat tangan pemeriksa
Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada anak anda : "Apakah kamu bisa membuatkan secangkir susu untuk mama?" Diharapkan anak seolah-olah membuat minuman, mengaduk, menuang, meminum. Atau anak mampu bermain seolah-olah menghidangkan makanan, minuman, bercocok tanam, menyapu, mengepel dll.

Tanyakan pada anak : " Coba tunjukkan mana 'anu' (nama benda yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan jarinya? Atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu benda?
Dapatkah anak anda menyusun kubus/ balok menjadi suatu menara?