Rabu, 10 Juni 2009

Pertemuan XII (Tanggal 3 Juni 2009)

PERKEMBANGAN MORAL DAN RELIGI

Moral :
Ukuran baik-buruk yang ditentukan oleh nilai-nilai budaya, meliputi adat istiadat, kebiasaan, cara atau pola tingkah laku yang sesuai dengan standard kelompok.

Individu yang bermoral adalah:
Individu yang mampu menyesuaikan diri atau mentaati peraturan-peraturan dalam masyarakat.

Bagaimana Individu mengetahui konsep moral?

Dengan interaksi dengan lingkungan melalui feed back correction, yang meliputi:
- teguran
- larangan
- hukuman
- pujian
- persetujuan tingkah laku
- pembenaran tingkah laku
- kecaman

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Moral Pada Remaja
1. Faktor Individu
Yang berhubungan dengan penerimaan “rangsang" dari lingkungan

Penerimaan Positif
Adanya perasaan dalam diri, bahwa nilai-nilai moral berguna bagi diri dalam mentaati aturan.

Penerimaan Negatif
a. Menganggap nilai-nilai moral sebagai beban
b. Merasa terkekang
c. Merasa nilai-nilai moral sebagai penghalang kebebasannya

2. Faktor Lingkungan
a. Orang Tua atau Orang dewasa Lainnya
Peranannya bisa positif atau negatif
Peranan positif, dalam memberikan pendidikan agama dan disiplin, yaitu:
Mendidik dalam pengertian konsep-konsep moral
Reward, bagi tingkah laku yang benar
Hukuman, bagi tingkah laku yang tidak dibenarkan
Konsistensi dalam aturan

Peranan Negatif: Bila penerapan disiplin tidak konsisten

Hukuman yang Efektif:

- Sesuai dengan kesalahan
- Jelas dan konsisten
- Sesuai dengan usia
- Bersifat konstruktif
- Meningkatkan kontrol diri
- Tidak menimbulkan ketakutan
- Tidak menambah beban

Metode Disiplin
Otoriter
Aturan yang kaku dari orang tua

Permissive
Bebas tidak terbatas dan tidak ada larangan

Demokratis
Mempersiapkan remaja untuk mampu mengembangkan diri dalam mendisiplinkan dirinya.

b. Lingkungan sekolah dan teman sebaya, pengaruhnya lebih besar

c. Media cetak dan elektronik, pengaruhnya ada yang positif dan negatif
Perubahan Moral Remaja Perubahan moral mencapai moralitas yang lebih matang.
1. Piaget
Perkembangan kognisi mencapai formal operational
Mampu mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan, dalam menyelesaikan masalah
Dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan hipotesis

2. Kohlberg
Perkembangan moral mencapai tahap moralitas Pasca konvensional, yaitu menerima dan mampu menyesuaikan diri dengan standard sosial yang berlaku.


Tugas Pokok
Menggantikan konsep moral khusus ke konsep moral umum tentang benar salah. Tergantung pada penerapan disiplin dan bimbingan

Merumuskan konsep moral yang baru ke dalam kode moral sebagai pedoman perilaku. Remaja, tidak mau menerima saja kode moral dari orang tua, guru bahkan teman sebaya. Tapi dia ingin membuat kode moral sendiri berdasarkan konsep benar salah yang telah dia ketahui sesuai dengan kematangannya. Misal : dalam hal berbohong dan menyontek

Bagi anak yang lebih besar, berbohong merupakan hal yang buruk. Tapi, bagi remaja, berbohong untuk menghindari kemungkinan menyakitkan hati orang lain kadang-kadang dibenarkan.

Dalam hal menyontek, karena sudah berlaku umum, maka teman-teman akan memaafkan perbuatan itu, bahkan membenarkan perbuatan mencontek karena selalu ditekan untuk mendapatkan nilai yang baik agar diterima di sekolah yang bagus.

Hal inilah yang menjadi remaja tidak menerima kode moral tersebut dari orang dewasa. Menyontek dan berbohong adalah perbuatan yang benar-benar tidak bermoral, tapi karena remaja tidak mengindahkan itu, maka remaja mau saja melakukan itu.

3. Pengendalian perilaku berdasarkan peran suara hati muncul motivasi untuk memperbaiki kesalahan
Misal: Anak  salah akan di hukum dan akan takut
Remaja  salah akan dihukum dan akan dijadikan motivasi

Hambatan-hambatan Dalam Mengembangkan Kedewasaan Moral

1. Persiapan untuk membuat keputusan moral (moral judgement)
Remaja yang berasal dari keluarga demokratis akan lebih baik dibandingkan dengan yang berasal dari keluarga otoriter dan permissive, karena akan dipersiapkan untuk mengambil pertimbangan atau keputusan moral.

2. Banyaknya tuntutan moral pada masa remaja
Belajar menuruti aturan-aturan atau hukum, dianggap menyulitkan remaja

3. Konflik dalam nilai-nilai moral
Norma moral antara kelompok sering berbeda, sehingga menimbulkan konflik. Misalnya: kelompok jenis kelamin, kelompok status sosial, kelompok agama.

4. Tekanan dari kelompok teman sebaya
Adanya perbedaan standard moral orang tua dan masyarakat dengan standard moral teman sebaya.

Transisi Moral akan Berhasil sehingga Mencapai Kematangan Moral Bila:
Remaja mampu merubah sikap dan nilai-nilai konsep marahnya sehingga dapat menemukan tuntutan-tuntutan yang lebih matang dari masyarakat dewasa.

2. Remaja harus mampu mengontrol perilakunya sehingga pengontrolan dari luar tidak diperlukan.

Ketidaksesuaian pengetahuan moral dengan perilaku, Menurut Crow & Crow disebabkan oleh:
1. Tekanan dari teman kelompoknya
Ingin diterima kelompok mengikuti norma kelompok
Terjadi konflik nilai moral yang dimiliki

2 Kebingungan
Karena perbedaan nilai moral orang tua berbeda dengan nilai moral kelompok

3. Kebutuhan Kebebasan
Keinginan diperlakukan sebagai orang dewasa menyebabkan penolakan aturan atau terhadap otoritas

4. Keputusan yang Bersifat Emosional
Bila suatu tujuan begitu pentingnya bagi remaja, sering mereka berani mengorbankan kepercayaan-kepercayaan moral mereka untuk mencapai tujuan

5. Dorongan yang kuat yang tidak dapat dikontrol
Adanya dorongan yang ingin dipuaskan, tapi mendapat penolakan dari lingkungan sosial namun remaja tidak tahu cara yang baik, terjadi pelanggaran moral (usia 13-14 tahun) dan kenakalan remaja.


PERBEDAAN MORAL DAN RELIGI

Religi adalah:
Kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini yang merupakan sebagian dari moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang tidak baik perlu dihindari.

Agama juga mengatur tingkah laku baik dan buruk, maka secara psikologik agama ini termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain

Aliran Psikoanalisa tidak membedakan antara norma, moral dan nilai. Semua konsep itu menurut Sigmund Freud termasuk dalam super ego. Super ego adalah bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat.

Tingkah laku manusia yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi tersendiri buat pelanggarnya. Kontrol masyarakat itu adalah:

1. Folkways
Tingkah laku yang lazim, misalnya makan dengan tangan kanan, bekerja atau bersekolah, dsb.

2. Mores (moral)
Tingkah laku yang sebaiknya dilakukan, misalnya mengucapkan terimakasih atas jasa seseorang, atau memberikan salam pada waktu berjumpa
3. Law (hukum)
Tingkah laku yang harus dilakukan atau dihindari, misalnya tidak boleh mencuri, harus membayar hutang.

Mores tidak mempunyai sanksi seketat hukum, tapi mores merupakan dasar dari moral dan menjadi tolak ukur dalam kita menilai seseorang.

Di Indanesia, salah satu mores yang penting adalah agama, karena agama mewarnai kehidupan masyarakat setiap hari. Tidak saja dalam peringatan hari-hari besar agama atau upacara-upacara, tetapi juga dalam tingkah laku bisa seperti memberi salam waktu berjumpa atau mengawali pidato sambutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar